Dimensy.id Mobile
Dimensy.id
Apollo Solar Panel

Penghayatan Perjalanan Yesus dan Bunda Maria, Stasi Jalan Salib Diresmikan di Anjungan Keuskupan Agung Pontianak

 LAPORAN: <a href='https://rmol.id/about/bonfilio-mahendra-1'>BONFILIO MAHENDRA</a>
LAPORAN: BONFILIO MAHENDRA
  • Selasa, 01 November 2022, 19:03 WIB
Penghayatan Perjalanan Yesus dan Bunda Maria, Stasi Jalan Salib Diresmikan di Anjungan Keuskupan Agung Pontianak
Peresmian Stasi Jalan Salib di Gua Maria Ratu Pencinta Damai yang berada di anjungan Keuskupan Agung Pontianak, Kalimantan Barat/Net
rmol news logo Uskup Agung Pontianak Mgr. Agustinus Agus meresmikan pembangunan Stasi Jalan Salib di Gua Maria Ratu Pencinta Damai yang berada di anjungan Keuskupan Agung Pontianak, Kalimantan Barat, pada Minggu (30/10).

Dalam Homilinya, Agustinus menggarisbawahi bahwa alasan utama didirikan stasi jalan salib di Kompleks Gua Maria Anjungan adalah peranan Bunda Maria yang tak terlepas dari sosok Tuhan Yesus Kristus, dimana Bunda Maria setia mendampingi peristiwa ke peristiwa hingga bangkitnya Tuhan Yesus dari makam.

“Hal yang paling utama dari penghayatan pembangunan Stasi Jalan Salib di Kompleks Gua Maria ini karena peranan Bunda Maria yang setia mendampingi putranya hingga wafat dan sampai peristiwa kebangkitannya-pun Bunda Maria terlibat didalamnya,” kata Uskup Agustinus.

Nantinya, setiap Stasi dibangun dengan bentuk batang kayu raksasa dan dalam batang kayu tersebut ada patung-patung setiap peristiwa jalan salib.

Letak jalan salib tersebut tepat di samping Gua Maria tempat berdoa dengan mengelilingi rimbunnya hutan Anjungan.

Di sisi lain, peresmian yang bertepatan dengan dengan Bulan Oktober khusus didedikasikan sebagai bulan Rosario, Uskup Agustinus menegaskan bahwa peranan Doa Rosario merupakan sebuah aktivitas doa suci yang dilantunkan umat Allah kepada Bunda Maria dengan memohon pertolongan doa Bunda.

Bahkan, pada misa penutupan Bulan Maria pada 30 Oktober 2022 di Gua Maria yang dimulai pada Pukul 10.00 WIB dihadiri hingga 6.000 orang. 

Penuhnya umat yang hadir sempat membuat perjalanan dari parkiran hingga ke Gua Maria dipadari umat.

Menurut Agustinus, peristiwa itu mengingatkan pada awal berdirinya Gua Maria Ratu Pencinta Damai Anjungan yang menjadi "memo" dan simbol perdamaian penting yang mesti menjadi ukiran damai yang bisa "terwariskan" sampai saat ini.

Melihat ke belakang, Gerakan G30S PKI tahun 1965 berdampak dalam situasi dan keamanan di Kalimantan Barat. Saat itu, pada 17 Oktober 1967 terjadi peristiwa yang dikenal dengan "konflik" orang Dayak dan orang Tionghoa yang berakibatkan banyak korban dan nyawa. Dengan kata lain terjadi pertumpahan darah dan tragedi "merah" yang menyat hati.

Ukiran prasasti sejarah yang diletakan depan Gua Maria tentang peristiwa itu sengaja dibuat oleh Uskup Agustinus sebagai "warisan semangat damai" yang tidak boleh terlupakan oleh umat Katolik Keuskupan Agung Pontianak.

Enam tahun berselang, tepatnya pada 29 April 1973, Pastor Hieronymus Bumbun OFMCap pada saat itu sebagai Vikjen Keuskupan Agung Pontianak, meresmikan dan memberkati Gua Maria Anjongan yang kemudian diberi nama Gua Maria Ratu Pencinta Damai. rmol news logo article

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

ARTIKEL LAINNYA