Seruan itu disampaikan dalam Kajian Kebangsaan menjelang HUT ke-77 RI yang digelar di Gedung Serbaguna, Sampali, Percut Sei Tuan, Deli Serdang, Minggu sore, (14/8).
Falsafah
Dalihan Na Tolu, adalah sebuah kearifan hidup yang merupakan warisan berharga bagi masa depan masyarakat Batak khususnya, dan peradaban kemanusiaan pada umumnya.
Dalam keterangan tertulis yang diterima
Kantor Berita Politik RMOL, kajian Kebangsaan itu menghadirkan kiai nyentrik asal Yogyakarta, Miftah Maulana Habiburrahman (Gus Miftah).
Dalam acara itu sedikitnya dihadiri 10 ribu jamaah yang terdiri dari keluarga besar JBMI, masyarakat Medan, Deli Serdang, Serdang Bedagai, Binjai, Langkat, dan daerah-daerah sekitarnya.
Ketua Umum DPP JBMI Arif Rahmansyah Marbun menjelaskan,
Dalihan Na Tolu membawa pesan persatuan dan kesatuan. Menurutnya, nilai itu harus diamalkan oleh seluruh masyarakat Batak.
"Sebagai wawasan dan budaya luhur ini harus terus kita pegang bersama," demikian kata Arif, Selasa (16/8).
Lebih lanjut Arif mengatakan
Dalihan Na Tolu secara kebudayaan merupakan kerangka hubungan kekerabatan darah dan perkawinan yang mempertalikan kelompok.
Di sisi lain, tambaj Arif, dari segi ajaran,
Dalihan Na Tolu melambangkan tiga kultur kehidupan masyarakat Batak.
Pertama yaitu
Somba Marhula-hula atau saling menghormati. Kedua yaitu
Manat Mardongan Tubu atau saling menghargai. Dan ketiga yaitu
Elek Marbobu atau saling menyayangi.
“Inilah tiga nilai humanisme masyarakat Batak yang bukan saja luhur tapi juga sangat bersesuaian dengan semangat ajaran agama. Suatu ajaran yang sangat penting dalam memperkuat kehidupan berbangsa dan bernegara,†jelas Arif.
Menurut Arif, demi memperkuat kebangsaan itu pula yang mendasari Kajian Kebangsaan bersama Gus Miftah itu mengambil tema “Merawat Kebhinekaan, Menjaga Keutuhan NKRI.â€
“Kita warga Batak ini mewarisi sebuah wawasan sosial-kultural yang cukup kuat. Melalui para orang tua dan leluhur, kita secara turun temurun mengenal dan memegangi sebuah pesan
Dalihan Na Tolu,†ujarnya.
Sementara dalam tausyiahnya, Gus Miftah mengajak seluruh elemen masyarakat Batak untuk merawat kebhinekaan dan menjaga keutuhan NKRI.
Bagi Pengasuh Ponpes Ora Aji ini, budaya
Dalihan Na Tolu yang dimiliki oleh masyarakat Batak menjadi modal penting untuk merawat bahkan memperkuat persatuan dan kesatuan bangsa.
“Cara untuk lebih mencintai bangsa dan negara ini sederhana. Anak-anak muda khususnya, kedepankan sikap toleran, saling menghormati, menghargai, dan tidak mudah terpengaruh oleh berbagai informasi dan pemahaman yang mudah menimbulkan konflik,†pungkasnya.
Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.
BERITA TERKAIT: