Dimensy.id Mobile
Dimensy.id
Apollo Solar Panel

The Fed Bakal Naikkan Suku Bunga, Banggar DPR: Pemerintah Harus Lebih Kreatif Mengatur Pembiayaan Negara

 LAPORAN: <a href='https://rmol.id/about/raiza-andini-1'>RAIZA ANDINI</a>
LAPORAN: RAIZA ANDINI
  • Selasa, 31 Mei 2022, 20:21 WIB
<i>The Fed</i> Bakal Naikkan Suku Bunga, Banggar DPR: Pemerintah Harus Lebih Kreatif Mengatur Pembiayaan Negara
Ketua Badan Anggaran (Banggar) DPR RI, Said Abdullah/Net
rmol news logo The Fed alias bank sental Amerika diperkirakan bakal menaikkan suku bunga acuan hingga tahun 2023 mendatang di tengah ketidakpastian ekonomi global imbas dari perang Rusia dan Ukraina.

Ketua Badan Anggaran DPR RI, Said Abdullah menuturkan, pemerintah Indonesia harus mewaspadai kenaikan suku bunga akibat dari inflasi global dengan dinaikkannya suku bunga The Fed Amerika Serikat.

“Kebijakan The Fed yang berpotensi akan terus memompa suku bunga acuannya pada tahun depan bila inflasi di Amerika Serikat terus meninggi, ini perlu kita waspadai,” kata Said saat rapat kerja bersama Kemenkeu, di Komplek Parlemen, Senayan, Jakarta, Senin (31/5).

Politisi PDIP ini mengatakan, di saat bersamaan, pemerintah mengusulkan kurs rupiah terhadap dolar Amerika Serikat sebesar Rp 14.300-14.800 per dolar AS pada APBN 2023. Tightening money policy yang ditempuh The Fed terus membayangi tekanan dolar AS terhadap rupiah.

"Jika hal ini terus berlanjut di tahun depan, kita harus membayar imbal hasil SBN lebih mahal. Dampaknya belanja bunga akan semakin besar. Postur APBN 2023 suku bunga SBN 10 tahun sebesar 7,34 - 9,16 persen, jauh lebih tinggi dari tahun 2021 yang bergerak pada kisaran 6 - 6,8 persen,” katanya.

Said mengatakan, tahun depan Indonesia memiliki target pembiayaan di kisaran Rp 526,6 triliun hingga Rp 596,7 triliun, meningkat tajam dari realisasi pembiayaan sebelum pandemi Covid-19 yakni di kisaran Rp 269,44 triliun sampai Rp 348,65 triliun.

Pihaknya berharap pemerintah tidak bertumpu pada surat berharga negara (SBN) semata, dan mampu lebih kreatif dalam mengatur pembiayaan negara.

"Produk-produk SBN sendiri harus semakin kreatif dan konvergen, terlebih tahun depan tidak lagi ada peran Bank Indonesia sebagai standby buyer,” katanya.

"Berbagai program reformasi struktural yang kita lakukan baik melalui pajak, keuangan daerah, hingga deregulasi perizinan dan pembentukan Lembaga Pengelola Investasi harus membuahkan pendapatan, dan investasi yang sepadan untuk menopang APBN ke depan,” imbuhnya.

Selain itu, lanjut Said, ketegangan yang terjadi di kawasan Eropa Timur, dan kebijakan sejumlah bank sentral, terutama The Fed melakukan “normalisasi” kebijakan moneter mengakibatkan ketidakpastian pasar keuangan global makin meningkat.

Efek di pasar keuangan pun sudah dirasakan, aliran keluar investasi portofolio meningkat. Sepanjang inflasi masih rendah, kita harapkan suku bunga acuan dipertahankan dan terus memberikan insentif kepada bank-bank menyalurkan kredit pada sektor prioritas dan UMKM,” tutupnya.rmol news logo article

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

ARTIKEL LAINNYA