Dimensy.id Mobile
Dimensy.id
Apollo Solar Panel

Makan Siang Cuma Mie Instan, Firli Bahuri: Terasa Sangat Mewah

 LAPORAN: <a href='https://rmol.id/about/idham-anhari-1'>IDHAM ANHARI</a>
LAPORAN: IDHAM ANHARI
  • Selasa, 17 Mei 2022, 16:52 WIB
Makan Siang Cuma Mie Instan, Firli Bahuri: Terasa Sangat Mewah
Seporsi mie instan dan air putih jadi menu makan siang Ketua KPK RI Firli Bahuri/Repro
rmol news logo Makan siang Ketua Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Firli Bahuri terasa sangat mewah. Walaupun hanya seporsi mie instan rebus yang dicampur dengan sayur, dan segelas air putih.

Mie instan rebus dengan campuran sayur ini, kata Firli terasa mewah dari dulu hingga saat ini.
 
“Saya menikmati mie instan rebus ditambah sayur. Ini makanan terasa mewah sejak tahun 70-an sampai sekarang,” kata Firli dalam unggahannya di akun Twitter pribadinya, Selasa (17/5).

Meski menjadi pimpinan KPK, kesederhanaan cukup melekat pada sosok purnawirawan jenderal bintang tiga Polri ini. Bahkan hingga kini, Firli masih rutin membawa lauk yang dibekali oleh istrinya dari rumah.

"Ada tempe, oseng-oseng sawi putih, ikan asin, sambal dan nasi putih. Sejak menikah. Saya selalu bawa makanan yang dimasak istri," kata Firli.

Firli memang dikenal sebagai jenderal yang bersahaja, ramah dan membaur dengan semua kalangan. Kehidupannya sarat dengan perjuangan, sebab komandan pemberantasan korupsi ini lahir dari keluarga petani yang sangat miskin di Desa Lontar, Kabupaten Ogan Komering Ulu (OKU), Sumatera Selatan.

Misalnya saja, untuk mendapatkan pendidikan, Firli kecil saat itu harus jalan sejauh 16 kilometer. Tanpa sepatu, melewati pematang sawah dan menyebrangi sungai untuk bisa sampai ke sekolah.

Sadar berasal dari keluarga tak mampu, Firli yang telah ditinggal ayahnya sejak kecil menjadi tulang punggung keluarga. Untuk membantu perekonomian keluarganya, Firli pernah menjadi buruh serabutan hingga pembantu rumah tangga.

“Bangun jam 4 pagi lalu mencuci beberapa mobil sebelum saya tinggal sholat subuh, kemudian lanjut mencuci pakaian lalu menyapu dan meminta izin pergi ke sekolah, adalah rutinitas yang wajib saya kerjakan sebagai pembantu kala itu,” kata Firli.

Selain bekerja sebagai pembantu, Firli saat itu juga berjualan spidol untuk sekedar menambah uang saku. Berjualan spidol ini, ia kerjakan usai pulang sekolah.

“Pulang sekolah, saya berjualan spidol yang saya beli dari Pasar Cinde lalu saya jual di Taman Ria Palembang. Tak jarang juga, saya menjadi buruh lepas, sebagai tukang cuci mobil disebuah bengkel atau tempat cuci mobil,” beber Firli.

Habis berjualan, ketika ia kembali ke rumah majikan ia harus menuntaskan pekerjaanya yakni menggosok atau setrika pakaian keluarga majikannya.

“Sekitar jam 11 malam saya baru dapat tidur dan syukurnya tidur terasa sangat nikmat akibat penat dan lelah bekerja seharian,” imbuh Firli.rmol news logo article

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

ARTIKEL LAINNYA