Dimensy.id Mobile
Dimensy.id
Apollo Solar Panel

Lonjakan Wisatawan Selama Libur Lebaran Belum Berbanding Lurus dengan Geliat Ekonomi UMKM Warga

 LAPORAN: <a href='https://rmol.id/about/agus-dwi-1'>AGUS DWI</a>
LAPORAN: AGUS DWI
  • Selasa, 10 Mei 2022, 08:49 WIB
Lonjakan Wisatawan Selama Libur Lebaran Belum Berbanding Lurus dengan Geliat Ekonomi UMKM Warga
Warga memenuhi tempat wisata di masa libur Lebaran/Net
rmol news logo Sepanjang libur Lebaran tahun ini, banyak tempat wisata menunjukkan membeludaknya warga yang berlibur. Faktanya, membeludaknya wisatawan itu belum berbanding lurus dengan geliat ekonomi UMKM warga lokal di sekitar lokasi wisata.

Hal ini menjadi catatan serius bagi Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Provinsi Jawa Barat (Disparbud Jabar). Kadisparbud Jabar Benny Bachtiar mengatakan, ada beberapa evaluasi selama libur lebaran.

Berdasarkan hasil interaksinya dengan warga, salah satu yang disorot yakni jumlah pelancong yang datang ke destinasi wisata masih kurang mendongkrak roda perekonomian, khususnya bagi pengusaha kecil menengah.

"Wisatawan banyak tapi roda perekonomian masih tetap sama seperti libur biasa. Ini mohon maaf istilahnya botram dalam bahasa Sunda, jadi mereka membawa makanan dari rumah, makan di tepi pantai dan sampahnya berserakan di mana-mana," ujar Benny, dalam keterangan yang diterima Kantor Berita RMOLJabar, Senin (9/5).

Untuk mengatasi keluhan tersebut, Disparbud Jabar pun tengah menggodok sejumlah cara untuk menyelaraskan roda wisata dan geliat perekonomian warga lokal. Sementara ini, pihaknya memberikan imbauan kepada pelaku UMKM, khususnya kuliner agar tetap mematok harga yang wajar.

"Penyedia makanan misalnya tidak boleh mematok harga yang tinggi, misal minuman di minimarket Rp 2.000, jual Rp 3.000 lah jangan Rp 7.000 atau Rp 10 ribu. Ini perputaran ekonomi bisa berputar karena UMKM bisa meningkat terutama pemilik warung, pengunjung juga tidak keberatan karena harganya relatif wajar," terang Benny.

"Karena kan tujuan membangun destinasi wisata untuk membangun ekonomi kemasyarakatan, kalau dampak tidak signifikan untuk apa objek wisata kalau tidak berdampak positif dan bermanfaat bagi masyarakat di sekitarnya?" imbuhnya.

Pihaknya juga tengah mengatur regulasi agar konglomerasi tidak mengambil porsi dari masyarakat lokal di lokasi wisata. Hal ini, pernah ia atur saat mengunjungi Pantai Karang Potong di Cianjur.

"Sektor UMKM yang kita pikirkan UMKM-nya, kan tujuan dibangun objek wisata untuk mendongkrak perekonomian masyarakat bukan untuk konglomerasi semata, kami coba atur kemarin di Karang Potong, udah oke, view oke, saya instruksikan tidak boleh menjual makanan yang sudah ada di masyarakat, artinya nanti segmen lain, biarkan di masyarakat tumbuh," tutur Benny.

Selain menyoroti soal roda ekonomi masyarakat lokal, Disparbud Jabar juga mencatat soal infrastruktur pendukung wisata yang masih harus diperhatikan. Seperti tempat sampah, mushala, dan toilet.

"Terkadang amenitas di tempat destinasi wisata ini yang harus kita perhatikan," ujarnya.

Catatan yang terakhir adalah soal pengaturan jumlah pengunjung yang membeludak. Benny menyebut, membeludaknya kunjungan wisatawan ke destinasi wisata favorit karena euforia setelah dua tahun tertahan karena pandemi.

"Contoh kemarin di Pangandaran begitu padatanya di area-area tempat wisata, di area pantai yang bisa dipakai berenang sehingga bisa memacetkan, ini disebabkan fasilitas tempat parkir yang tidak memadai," ujar Benny.

Untuk memecahkan kendala-kendala tersebut di Pangandaran, Wakil Gubernur Jabar Uu Ruzhanul Ulum, Disparbud Jabar, dan Pemkab Pangandaran tengah menggodok regulasi untuk masuk ke area wisata, salah satunya dengan membuat kantong parkir.

"Pemerintah daerah harus mempersiapkan shuttle untuk mengantarkan mereka ke area wisata," tutup Benny.  rmol news logo article

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

ARTIKEL LAINNYA