Dimensy.id Mobile
Dimensy.id
Apollo Solar Panel

Teguh Santosa Ingatkan Peran Bahasa Melayu Pasar dan Islam sebagai Pemersatu Bangsa

 LAPORAN: <a href='https://rmol.id/about/faisal-aristama-1'>FAISAL ARISTAMA</a>
LAPORAN: FAISAL ARISTAMA
  • Sabtu, 19 Maret 2022, 01:42 WIB
Teguh Santosa Ingatkan Peran Bahasa Melayu Pasar dan Islam sebagai Pemersatu Bangsa
Ketua Umum JMSI, Teguh Santosa, saat berbicara di pembukaan Rapimnas JMSI, di Batam, Kepri, Jumat (18/3)/RMOL
rmol news logo Ketua Umum Jaringan Media Siber Indonesia (JMSI) Teguh Santosa mengatakan bahwa bahasa Melayu merupakan tulang belakang kemerdekaan kebangsaan dan kemerdekaan Indonesia.

Hal itu disampaikan dalam sambutannya pada pembukaan Rapat Pimpinan Nasional (Rapimnas) JMSI di Kota Batam, Provinsi Kepri, Jumat (18/3).

Teguh mengutip hasil studi sejarawan AS, George McTurnan Kahin, mengenai revolusi dan kebangsaan Indonesia. Kahin mencatat, ada dua tulang belakang yang memungkinkan revolusi menentang kolonialisme dan mencapai kemerdekaan.

“Bangsa dan negara ini dibangun oleh kisah-kisah yang dituliskan, yang dilaporkan oleh pendahulu kita, kisah-kisah yang dijalin yang tersebar dari Sabang sampai Merauke. Di mana kisah senasib sepenanggungan di era penjajahan yang membuat kita bersatu,” kata Teguh.

Teguh menyebutkan bahasa yang sering digunakan untuk membangun persatuan dari catatan kahin ialah bahasa Melayu Pasar sering dipergunakan kalangan terdidik dan pelajar, tokoh pergerakan, dan pemimpin-pemimpin masyarakat di masa pra kemerdekaan.

“Dengan bahasa Melayu Pasar gagasan kebangsaan jadi mungkin untuk dipertemukan, diasah, dibumikan, dan akhirnya berhasil diperjuangkan,” sebut Teguh.

Teguh menambahkan beberapa waktu dirinya ke Kota Medan, Sumatera Utara (Sumut) berkunjung ke museum perjuangan pers.

“Di sana saya melihat ada koran terbitan tahun 1919, tahun 1930-an sudah menyampaikan informasi menggunakan bahasa Melayu,” kata Teguh.

Tulang belakang kedua yang berperan di balik rasa kebangsaan Indonesia adalah Islam.

Jelasnya dalam bukunya Kahin menyebutnya sebagai Muhammadanisme atau agama Islam yang dianut oleh sebagian besar rakyat di negeri jajahan yang ketika itu bernama Hindia Belanda.

Islam memudahkan gagasan kemerdekaan dibumikan. Sebab, seperti semua agama langit lainnya, Islam mengajarkan bahwa derajat setiap manusia adalah sama dan tanpa membedakan.

“Dengan demikian, penjajahan yang dilakukan manusia atas manusia lain, penjajahan yang dilakukan satu bangsa atas bangsa lain, sudah pasti bertentangan dengan nilai-nilai Islam, dan karenanya harus dilawan,” kata dia.

Tambahnya, kesamaan bahasa dan agama inilah yang nantinya membantu mengantarkan kemerdekaan Indonesia.

“Kita harus bersyukur karena kita menggunakan bahasa yang sama untuk berkomunikasi sejak dulu. Kita berharap kita akan terus seperti ini entah sampai kita mungkin sudah tidak ada lagi di muka bumi ini,” tutupnya. rmol news logo article

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

ARTIKEL LAINNYA