Pada IWD tahun 2022 ini, IKALUIN bersama Jaringan Aktivis Perempuan memeperingatinya dengan mengenakan wastra, atau kain-kain tradisi dilengkapi tudung kepala yang berasal dari berbagai penjuru Nusantara.
Ketua Departemen Pemberdayaan Perempuan dan Kesetaraan Gender Yuniayanti Chuzaifah mengatakan, tujuannya mengenakan wastra adalah agar para perempuan di belahan dunia ikut melestarikan kain-kain tradisi yang dibuat oleh tangan-tangan perempuan yang prosesnya menggunakan bahan-bahan dari alam.
“Bagi perempuan, wastra sarat makna. Bukan hanya merawat kehidupan manusia dari sejak bayi tapi juga memberi rasa aman dan nyaman," ujar Yuniyanti kepada wartawan, Senin (7/3).
Dikatakan Yuniyanti, wastra yang berupa tenun, songket, ikat, pahikung, batik juga merupakan simbol budaya yang membawa do’a dan harapan untuk kesejahteraan, ketenangan jiwa, pemulihan sampai pada alat perdamaian.
Sementara itu, penggagas acara Aktivis Perempuan Berkain, Nury Sybli menyampaikan, ada banyak pesan dan simbol yang bisa dipelajari dari setiap lembar kain yang dibuat para leluhur.
Salah satunya, bagaimana leluhur Nusantara ingin dunia saling menghormati, saling menjaga dan hidup lestari satu sama lain baik sesama manusia maupun dengan hewan atau tumbuhan.
“Seperti pada motif sarung pahikung dari pulau Sumba NTT, ada motif Mamamuli yang berbentuk seperti kelamin perempuan, dimaknai sebagai simbol kesuburan dari kelahiran manusia,†kata Nury.
Dalam kesempatan itu, IKALUIN dan Jaringan Aktivis Perempuan juga menyerukan penghentian perang di berbagai belahan bumi.
Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.
Ikatan Alumni UIN Syarif Hidayatullah (IKALUIN) Jakarta dan Jaringan Aktivis Perempuan punya cara tersendiri untuk memperingati Hari Perempuan Internasional atau International Women Day (IWD) setiap tanggal 8 Maret. 
