Dimensy.id Mobile
Dimensy.id
Apollo Solar Panel

Kedelai Masih Mahal, Perajin Tahu di Kediri Pilih Tak Ikut Mogok Massal

 LAPORAN: <a href='https://rmol.id/about/agus-dwi-1'>AGUS DWI</a>
LAPORAN: AGUS DWI
  • Selasa, 22 Februari 2022, 04:26 WIB
Kedelai Masih Mahal, Perajin Tahu di Kediri Pilih Tak Ikut Mogok Massal
Ilustrasi perajin tahu kuning di Kediri/RMOLJatim
rmol news logo Harga kedelai sebagai bahan baku pembuatan tahu dan tempe masih belum menunjukka tanda-tanda penurunan. Mencapai Rp11 ribu per kilogram. Kondisi ini membuat para perajin tahu di Kota Kediri kesulitan, namun mereka tidak sampai ikut mogok massal.

Hal itu disampaikan oleh wakil Paguyuban Kampung Tahu Kota Kediri, Marjuni. Sebagai perajin tahu, Marjuni tetap menekuni usaha ini, dengan membuat tahu dan olahannya setiap hari.

Guna menyiasati mahalnya harga kedelai, produksi kini dikurangi. Hal ini untuk menekan kerugian, karena tingginya harga kedelai.

"Kami tidak ikut mogok massal. Kalau mogok, siapa nanti yang membayar pegawai, kasihan juga. Kami hanya ingin harga kedelai stabil, jadi harga tahu pun juga tidak dinaikkan," sebut Marjuni kepada Kantor Berita RMOLJatim, Senin (21/2)

Dia mengatakan, harga kedelai tersebut membuat dirinya harus memutar otak agar usaha yang dirintis turun temurun ini tetap jalan. Setiap hari, tak kurang dari 30 kilogram kedelai diolah menjadi tahu. Jumlah itu turun ketimbang sebelumnya yang bis hingga 40 kilogram kedelai.

Untuk harga tahu, Marjuni mengakui dengan sangat terpaksa sempat menaikkan Rp1.000 per 10 biji. Sebelumnya, harganya Rp22.000 per 10 biji, kini naik menjadi Rp23.000 per 10 biji.

Dia khawatir dengan belum stabilnya harga kedelai ini. Sebab jika harus menaikkan harga tahu yang ia jual, khawatir pelanggan lari ke tempat lain.

"Yang kami harapkan itu, harga stabil. Kami menyiasatinya bingung, kalau harga (kedelai) naik. Ini kan belum stabil, jadi belum bisa normal," ungkap Marjuni.

Kepala Bidang Perdagangan Dinas Perdagangan dan Perindustrian Kota Kediri Salim Darmawan menjelaskan, harga kedelai di pasaran saat ini memang mahal, sehingga terimbas kepada negara yang impor. Indonesia, kebutuhan impor kedelai hingga 80 persen.

Selama ini, perajin tahu dan tempe mengandalkan kedelai impor sebagai bahan baku usahanya. Ia juga sudah komunikasi dengan beberapa perajin tahu dan tempe di Kota Kediri, dan mayoritas tidak akan ikut mogok massal dengan tidak produksi.

"Kedelai memang dari pasaran dunia mahal, jadi penurunan pasokan global. Makanya imbas ke harga beli di negara pengimpor. Kalau dari komunikasi dengan beberapa perajin tahu, untuk produk tahu dari penjul tidak berani serta merta menaikkan harga, karena konsumen akan lari," jelas Salim Darmawan.

"Saya kira mereka tetap jalan normal. Intinya, asal barang tidak langka tidak masalah dengan harga sekian tetap ada profit margin, namun berkurang. Jadi, tidak ada mogok massal," tambah Salim.

Sejauh ini, di Kampung Tahu Kelurahan Betet, Kecamatan Pesantren, Kota Kediri, ada sekitar 11 orang perajin tahu dan sekitar 15 orang perajin tempe. rmol news logo article

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

ARTIKEL LAINNYA