Para sopir yang tergabung dalam Pilot Project Indonesia yang digagas oleh organisasi Persatuan Dump Truk Banyuwangi (Perdumpwangi) ini mengaku menjadi korban atas ulah oknum tersebut.
"Kami yang mendukung sepenuhnya pemerintah, akan tetapi justru nasib kami yang menjadi korban dari semua yang telah dilakukan pihak terkait. Khususnya oknum pejabat Polresta Banyuwangi," ucap koordinator aksi M. Ridwan dalam keterangannya, Minggu (23/1).
Selain itu, mereka juga meminta tambang galian C yang ada di Banyuwangi agar ditata serta diarahkan, untuk kemaslahatan Banyuwangi kedepannya.
"Kita tidak menuntut tambang-tambang itu ditutup. Namun kita menuntut supaya ditata. Akan tetapi fakta di lapangan, justru tambang-tambang yang ada di Banyuwangi, dirasa diarahkan kepada tujuan yang berbanding terbalik dengan apa yang kita harapkan," katanya.
Menurutnya, fakta di lapangan tambang-tambang kecil diinjak-injak, sedangkan tambang yang besar justru dibiarkan beroperasi.
"Tidak pernah ada penegasan, tidak pernah ada penindakan, walaupun kita sudah berkali-kali melaporkan," tegasnya.
Ridwan mendesak Polresta Banyuwangi agar memproses hukum tambang-tambang ilegal dan oknum polisi yang melindungi praktek-praktek pelanggaran hukum itu.
Pasalnya, lanjut Ridwan, ulah oknum polisi di Mapolresta Banyuwangi yang selama ini mengontrol tambang-tambang galian C ilegal menyebabkan beberapa temannya terpaksa memarkirkan kendaraan.
"Jangan sampai teman teman kami yang punya tujuan mendukung penuh program pemerintah, justru menjadi korban atas semua ini," tandasnya.
Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.
BERITA TERKAIT: