Dimensy.id Mobile
Dimensy.id
Apollo Solar Panel

Alam Surambi Sungai Pagu, Modal Kuat untuk Pertahankan Budaya Minangkabau

 LAPORAN: <a href='https://rmol.id/about/amelia-fitriani-1'>AMELIA FITRIANI</a>
LAPORAN: AMELIA FITRIANI
  • Minggu, 05 Desember 2021, 22:18 WIB
Alam Surambi Sungai Pagu, Modal Kuat untuk Pertahankan Budaya Minangkabau
Ikon pariwisata Alam Surambi Sungai Pagu "Saribu Rumah Gadang” lekat menyimpan budaya Minangkabau/Net
rmol news logo Alam Surambi Sungai Pagu (ASSP) memiliki keunikan dan modal budaya yang sangat kuat dalam mempertahankan eksisten kebudayaan Minangkabau secara keseluruhan.
Selamat Menunaikan Ibadah Puasa

ASSP sendiri adalah sebuah wilayah adat yang terletak di Kabupaten Solok Selatan, Provinsi Sumatera Barat, Indonesia. Wilayah ini di masa lampau merupakan Ikua Darek Kerajaan Pagaruyung.

Hingga saat ini, sejumlah peninggalan sejarah dan wujud sistem sosial politik masih eksis di wilayah belahan wilayah Solok Selatan itu. Keunikan yang dimilikinya itu juga masih melekat kuat pada ikon pariwisata terkenal di ASSP yakni “Saribu Rumah Gadang”.

Hal itu dikatakan oleh Direktur Parca Sarjana Universitas Andalas Prof Dr Nursyirwan Effendi dalam webinar yang diadakan oleh Ikatan Keluarga Masyarakat Solok Selatan (Ikamass) jelang akhir pekan ini.

Webinar tersebut, menurut Ketua Harian Ikamass, Meidiana Sato, diadakan secara berkala dan bertujuan untuk memberikan pencerahan tentang adat dan kebudayaan Minagkabau kepada publik luas, khususnya masyarakat Minangkau.

Pada kesempatan tersebut, Nursyirwan Effendi menilai bahwa posisi kearifan lokal masih merupakan bagian yang masih perlu diperkuat untuk memberikan identitas dan rasa ber-Minangkabau di banyak daerah di Sumatera Barat. Dari perspektif kebudayaan, pengabaian kearifan lokal sama artinya melakukan pelemahan pada substansi kebudayaan.

Nursyirwan melanjutkan, dewasa ini, keberadaan kearifan lokal mengalami pelapukan bahkan pengabaian dari sebagian individu dalam komunitas dari suatu pendukung kebudayaan. Banyak yang menganggap bahwa kearifan lokal sudah kuno dan tidak sejalan dengen perkembangan hidup modern.

Peralihan kearifan lokal dari generasi ke generasi juga mengalami kemerosotan dalam pembelajaran. Namun, uniknya, ketika permasalahan kehidupan modern atau indentitas kemodernan mengalami persaingan dan tak bisa dimenangkan, maka komunitas berlomba-lomba menggali kearifan lokal sebagai modal saing mereka.

Pada webinar yang sama, pemerhati budaya Minangkabau, Ir Hasmurdi Hasan ikut angkat bicara. Ia menilai bahwa kajian dan literasi tentang ASSP sangat jarang, sehingga informasinya menjadi gelap. Padahal  mempelajari riwayat kearifan lokal yang ada di ASSPmasih bisa ditelusuri melalui struktur Lembaga adat, tradisi kehidupan masyarakat dan arsitektur rumah adat yang masih ada saat ini.

Seperti kata pepatah, sejarah pasti meninggalkan jejak.

"Bajajak bak bakiak, basuri bak sipasin, walau hilang tulisan di batu di limbago takasan juo," ujarnya.

Hasmurdi menambahkan bahwa ASSP mengambil tempat yang istimewa dalam wilayah adat. Jika wilayah adat lain menamakan kesatuan wilayah adatnya dengan nama "Nagari", Sungai Pagu menamakan wilayah adatnya “Alam”, yaitu Alam Surambi Sungai Pagu (ASSP).

Pada kesempatan itu, host webinar tersebut yakni Elza Peldi Taher, mengatakan bahwa perlu revitalisasi kearifan lokal yang hidup dalam masyarakat ASSP dalam mempertahankan eksistensi budaya Minangkabau sebagai bagian dari upaya memperkuat identitas Keindonesiaan.

Ia menilai, tanpa revitalisasi, kearifan lokal akan punah terancam oleh arus modernisasi yang membawakan nilai-nilai baru. rmol news logo article

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

ARTIKEL LAINNYA