Ketua Korpri PB PMII, Maya Muizatul Lutfilah, perempuan Indonesia saat ini belum diberdayakan secara penuh oleh negara.
"Berbicara
Sumpah Pemuda yang sudah 93 tahun, tapi nyatanya pemberdayaan perempuan
belum maksimal," kata Maya dalam diskusi virtual Tanya Jawab Cak Ulung
bertema 'Refleksi Sumpah Pemuda 1928', Kamis (28/10).
Sebagai
aktivis perempuan, Maya memandang, pemberdayaan perempuan yang
dikonotasikan sebagai makhluk lemah meski telah diperbolehkan ikut andil
dalam segala lini sektor di pemerintahan belum maksimal. Perempuan,
kata dia, hanya menjadi kaum minoritas di ranah politik.
“Perempuan
hari ini sudah diberikan kesempatan oleh ranah politik itu 30 persen
katanya, hanya 30 persen itu menjadi bakal calon, bukan 30 persen yang
harus jadi (terpilih),†imbuhnya.
Seharusnya, kata Maya, ketika muncul wacana pemberdayaan perempuan, keterlibatan perempuan tidak hanya sekadar pelengkap.
“Ketika
ketiadaaan perempuan itu dicari dan asal comot, mereka tidak
diperjuangkan untuk menduduki tempat-tempat strategis,†ucapnya.
Hal itu dinilainya belum sejalan dengan semangat Sumpah Pemuda dalam sejarah bangsa Indonesia.
"Padahal
peristiwa Sumpah Pemuda adalah sejarah panjang bangsa Indonesia yang
tidak cukup dikenang, tapi bagaimana kita (pemuda) menguatkan rasa
nasionalisme kita untuk melepaskan diri dari belenggu kolonialisme,â€
tutupnya.
Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.
BERITA TERKAIT: