Hal ini tak hanya terjadi di Indonesia. Tapi juga sama-sama dialami negeri jiran Malaysia.
Permasalahan lingkungan akibat Covid-19’s Waste inilah yang melatarbelakangi kegiatan Focus Group Discussion (FGD) mahasiswa IPB University yang tergabung dalam Himpunan Profesi REESA (Resources and Environmental Economic Student Association) dan Himpunan Profesi FORENSA (Faculty of Forestry and Environment Students Association) Universiti Putra Malaysia.
“Covid-19 di Indonesia memberikan dampak pada timbulan sampah medis yang dapat mencapai 8.500 ton. Timbulan limbah medis seperti masker bekas pakai, botol bekas vaksin, jarum suntik, dan lain sebagainya perlu segera ditangani," tutur Putri dari Himpro REESA IPB University dalam keterangan yang diterima
Kantor Berita RMOLJabar, Senin (6/9).
"Oleh karena itu, kami merumuskan solusi yang aplikatif bagi para mahasiswa di kedua universitas ini," sambungnya.
Sementara itu, Kiri sebagai perwakilan FORENSA UPM menjelaskan, permasalahan mendasar Covid-19 bagi lingkungan di Malaysia adalah
medical waste, plastic waste, dan
food waste.
“Mengatasi sampah medis akibat Covid-19 memang penting, namun yang lebih penting lagi adalah mengurangi kasus aktif Covid-19,†ujarnya.
FGD ini pun menyimpulkan beberapa solusi yang dapat diterapkan oleh mahasiswa. Yakni memulai gaya hidup ramah lingkungan, mendaur ulang, membuat pupuk kompos, mengedukasi kepada masyarakat melalui berbagai media.
Dan yang terpenting adalah
stay at home untuk memitigasi transmisi Covid-19.
“Dengan terselenggaranya kegiatan FGD tahun ini, diharapkan hubungan antara REESA dan FORENSA menjadi semakin erat dan dapat mendatangkan manfaat bagi kedua organisasi,†tutup Putri.
Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.
BERITA TERKAIT: