Wajar jika kemudian Kota Semarang dijadikan contoh oleh pemerintah pusat dalam hal melakukan testing, setelah dijadikan contoh dalam penerapan protokol kesehatan.
Hal tersebut disampaikan oleh Jurubicara Kementerian Kesehatan RI, dr Siti Nadia Tarmizi, saat memberi keterangan pers beberapa waktu lalu di Jakarta. Nadia berharap Kota Semarang dapat terus mempertahankan tren tersebut dalam penanganan covid-19.
Nadia juga menekankan bahwa upaya peningkatan testing yang dilakukan di Kota Semarang juga berpengaruh pada turunnya insidensi dan angka kematian.
"Sebagai contoh testing di Kota Semarang itu mencapai 6 kali lipat dari standar WHO dan ini tentunya harus terus dipertahankan. Kita bisa melihat insidensi dan angka kematian di Semarang Raya mengalami penurunan signifikan," jelasnya.
Secara rinci Kementerian Kesehatan RI mencatat bahwa 'testing rate' terus mengalami peningkatan dari yang semula 3,83 per 1.000 penduduk, menjadi 4,87 per 1.000 penduduk, dan terakhir menyentuh 6,53 per 1.000 penduduk.
Angka tersebut lebih tinggi dari target yang ditetapkan sesuai standar WHO, yaitu sebesar 1 per 1.000 penduduk per minggu.
Terkait data tersebut, Walikota Semarang, Hendrar Prihadi, optimistis angka testing di wilayah yang dipimpinnya dapat terus meningkat dengan dukungan dari berbagai pihak.
"Saya beruntung memiliki rekan-rekan Forkopimda yang kompak dan pemimpin yang terus mendukung, baik Pak Gubernur, Pak Pak Pangdam, dan Pak Kapolda, yang selalu memberi perhatian pada Kota Semarang," tekan Hendi, sapaan akrab Walikota Semarang, dikutip
Kantor Berita RMOLJateng.
Sementara itu, Kepala Dinas Kesehatan Kota Semarang, M. Abdul Hakam menambahkan, peningkatan upaya testing juga dapat menekan angka
positivity rate.
"Sehingga sesuai arahan Bapak Walikota memang kami harus memperbanyak angka testing dan tracing di Kota Semarang," tutup Abdul Hakam.
Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.
BERITA TERKAIT: