Indonesia yang sedang memiliki jumlah tenaga kerja produktif lebih tinggi dari jumlah tenaga non-produktif berpeluang melakukan hal itu.
Demikian antara lain disampaikan CEO RMOL Network, Teguh Santosa, ketika berbicara dalam webinar bertema "Menjaga Kemerdekaan Negara dan Agama; Menolak segala bentuk Radikalisme dan Terorisme" yang diselenggarakan Dewan Mahasiswa Fakultas Ushuluddin, Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah, Jakarta, Kamis siang (19/8).
Teguh mengingatkan, kondisi demografi dimana jumlah penduduk berusia produktif melampaui jumlah penduduk non-produktif adalah peluang sekaligus tantangan. Di satu sisi dapat menguntungkan sementara di sisi lain bila gagal dikelola dapat menjadi permasalahan.
Ketika bonus demokrafi ini gagal dikelola, sambung Teguh, akan terjadi peningkatan jumlah pengangguran yang berujung pada naiknya angka kemiskinan.
Teguh yang juga dosen di UIN Syarief Hidayatullah Jakarta ini menandaskan, kalau saja seluruh komponen bangsa tidak mempersiapkan diri mengelola bonus demografi dengan mendorong pertumbuhan dunia usaha dan industrialisasi, maka yang terjadi berikutnya adalah ketidakpuasan berbasiskan ekonomi.
"Nanti ekspresinya bermacam-macam. Taglinenya bisa pakai agama, bisa pakai politik," imbuhnya.
Untuk itu dia menyarankan kepada peserta webinar yang kebanyakan generasi muda agar sedari dini menumbuhkan semangat wirausaha.
"Apa yang bisa kita lakukan? Menumbuhkan jiwa enterpreneurship di kalangan anak muda,†tegasnya sambil menambahkan bahwa ini adalah salah satu tujuan dari Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif.
Selain Teguh, pembicara lain dalam webinar tersebut adalah Ketua Umum Gapenta, Parasian Simanungkalit, dan mantan anggota Hizbut Tahrir Indonesia (HTI), Ayik Heriansyah.
Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.
BERITA TERKAIT: