Kepala Bidang Penanganan Kedaruratan BPBD Sumsel, Ansori mengatakan, kabut ditimbulkan akibat udara panas yang terperangkap di cuaca dingin. Acap kali timbul saat malam hari.
“Itu kabut akibat cuaca panas. Jadi bukan berasal dari Karhutla,†jelas Ansori kepada wartawan, Selasa (29/6).
Ansori mengatakan, situasi Karhutla di Sumsel masih terkendali. Ia mengakui, ada beberapa wilayah yang sudah mengalami Karhutla. Seperti di kawasan Kabupaten Ogan Ilir (OI) beberapa waktu lalu.
“Tetapi bisa cepat dipadamkan. Tidak sampai meluas,†ujarnya.
Saat ini, jumlah hotspot atau titik panas yang terdeteksi sepanjang 2021 (Januari-Juni), mencapai 548 titik. Meski ada peningkatan di Juni ini, namun jumlahnya masih lebih sedikit jika dibandingkan tahun lalu di periode yang sama.
“Kalau tahun lalu itu sekitar 1.721 hotspot,†bebernya.
Berbagai upaya pencegahan dan penanggulangan sudah dilakukan BPBD Sumsel. Beberapa di antaranya dengan menetapkan status siaga lebih awal.
Lalu, pengerahan personel ke sejumlah lokasi rawan, pelaksanaan Teknologi Modifikasi Cuaca (TMC), serta pengerahan operasional helikopter water bombing.
“Untuk TMC sudah dilakukan sejak 10 Juni lalu. Beberapa daerah rawan Karhutla juga sudah banyak yang diguyur hujan. Sehingga, kondisi lahan saat ini masih tetap basah,†pungkasnya.
Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.
BERITA TERKAIT: