Menurut Ganjar, siswa akan mampu mengambil nilai keterbukaan satu sama lain, kepemimpinan, kerja sama, dan nilai penting lainnya dari permainan tradisional.
Hal itu disampaikan Ganjar saat hadir dalam kegiatan Pemasyarakatan dan Revitalisasi Nilai-Nilai Pancasila, dalam rangka puncak peringatan Hari Kesatuan Gerak PKK Provinsi Jawa Tengah ke-49.
"Paling bagus sebenarnya (mencegah paham radikal) dengan seni dan budaya. Pelajar bisa menari, main ketoprak, wayang, dolanan. Itu mengakrabkan, berhubungan, terbuka, ada teamwork, leadership. Gobak sodor, ada (nilai) leadership," kata Ganjar, Rabu (14/4), dikutip
Kantor Berita RMOLJateng.
Ganjar menambahkan, upaya menangkal radikalisme di antaranya dengan langkah preventif. Meliputi menanamkan jiwa nasionalisme, berpikiran terbuka dan toleran.
Selain itu juga sikap waspada terhadap provokasi dan hasutan. Kemudian, berjejaring dalam komunitas positif dan perdamaian, dan menjalankan aktivitas keagamaan dengan toleran.
Ganjar juga menekankan pentingnya rasa kemanusiaan terhadap sesama. Misalnya, membantu siswa lainnya yang tengah membutuhkan.
"Seperti halnya, ikut membantu saat ada teman yang kesulitan, membantu tetangga yang kesusahan, atau bersikap bijak saat menggunakan media sosial," tambahnya.
Ganjar juga berpesan kepada orang tua agar memberikan pemahaman tentang bahaya dan dampak radikalisme. Memberikan pemahaman tentang ajaran agama yang benar, serta menguatkan nilai-nilai nasionalisme, toleransi, dan perdamaian.
"Ciri radikal itu fanatik, menganggap diri benar, yang lain salah, intoleran, tidak mau menerima perbedaan dan keyakinan orang lain, revolusioner ingin ada perubahan secara drastis. Tidak jarang ada kekerasan, eksklusif atau memisahkan diri," tutup dia.
Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.
BERITA TERKAIT: