Dimensy.id Mobile
Dimensy.id
Apollo Solar Panel

Puluhan Tahun Tak Diperhatikan Pemerintah, Pedagang Sriwedari: Tolong Mas Gibran, Sambangi Kami

 LAPORAN: <a href='https://rmol.id/about/agus-dwi-1'>AGUS DWI</a>
LAPORAN: AGUS DWI
  • Rabu, 07 April 2021, 15:37 WIB
Puluhan Tahun Tak Diperhatikan Pemerintah, Pedagang Sriwedari: Tolong Mas Gibran, Sambangi Kami
Paguyuban pedagang Sriwedari Solo/RMOLJateng
rmol news logo Ratusan pedagang di kawasan Taman Sriwedari yang tergabung dalam Forum Komunikasi Sriwedari (Foksri) mengeluhkan kondisi mereka yang semakin sulit.

Selama ini mereka menggantungkan hidupnya dengan berjualan di lahan Sriwedari. Namun sampai saat ini, tak kunjung ada kepastian soal nasib atau status keberadaan mereka di lahan tersebut.  

"Tolong Mas Gibran sambangi kami, berkunjung ke Sriwedari. Dengan melihat langsung kondisi kami agar bisa mencari solusi dan memikirkan segala hal terkait potensi yang ada di dalam lahan Sriwedari," ungkapnya Rabu siang (7/4).  

Pihaknya sudah menunggu selama beberapa periode, lebih dari 20 tahun lamanya. Baik saat Joko Widodo menjadi walikota, ataupun saat dilanjutkan oleh penerusnya yaitu Hadi Rudyatmo. Menunggu apa yang terbaik, yang akan dilakukan oleh Pemkot Solo.

Untuk itu dalam waktu dekat pihaknya akan meminta bisa melakukan audiensi dengan Walikota Solo.

Intinya mereka akan mengikuti apa yang dilakukan oleh pemerintah untuk paguyuban ke depannya. Selama itu adalah untuk kebaikan pedagang Sriwedari.

"Tapi ya mbok jangan dipikirkan paling belakangan," harap Syafik, dikutip Kantor Berita RMOLJateng.  

Sementara itu, pembina sekaligus penasihat Foksri, Kusumo Putro menambahkan, keberadaan Sriwedari itu ibaratnya seperti Gajah depan mata tidak kelihatan namun justru semut di seberang lautan malah terlihat.

Seperti itulah keberadaan Taman Sriwedari. Pasalnya dari sekian banyak program yang dicanangkan Walikota Solo yang baru, justru tidak ada satupun yang menyentuh Sriwedari.  

"Program walikota sekarang sangat bagus. Menjadikan Bale Kambang jadi pusat kebudayaan, kawasan Ngarsopuro rencananya jadi Malioboro-nya kota Solo, peningkatan ekonomi masyarakat dan masih banyak lagi. Namun sayang revitalisasi lahan Sriwedari belum tersentuh," imbuhnya.

Untuk itu, mereka berharap di era kepemimpinan Walikota Gibran yang muda, energik, dan berpikiran kreatif ini bisa menjadi prioritas untuk diperjuangkan agar keberadaan Sriwedari tetap terjaga.  

Paguyuban juga meminta agar pemerintah memasukkan Sriwedari menjadi bagian grand design, menjadi salah satu prioritas oleh  pemerintahan yang baru dalam rangka pembangunan Kota Solo.

"Kita minta agar walikota yang baru ini agar meneruskan misi revitalisasi kawasan Sriwedari untuk kepentingan publik," lanjutnya.

Ditegaskan Kusumo, banyak icon yang ada di Sriwedari. Dan ketika Sriwedari hilang atau tidak ada lagi di Kota Solo, sama artinya Solo kehilangan rohnya.

"Selama ini Sriwedari telah menjadi pusat perekonomian, kebudayaan, dan seni. Ada ribuan orang yang selama ini menggantungkan nasib di Sriwedari," ungkap Kusumo.  

Salah satu contohnya keberadaan pedagang buku di kawasan belakang  Sriwedari (Busri) selama ini menjadi tempat tujuan warga yang ingin mendapatkan buku dengan harga murah. Para pedagang juga berkontribusi untuk mencerdaskan bangsa dengan menjual beragam jenis buku sebagai salah satu sumber ilmu pengetahuan.

"Selain buku bekas, buku-buku buku kono yang sulit dicari terkadang bisa ditemukan di kios-kios pedagang buku Sriwedari," tandasnya.  

Ketua Paguyuban Rukun Santosa yang lokasinya berada di dalam kawasan Sriwedari juga mengaku selama puluhan tahun berusaha (berdagang) dengan pengelolaan dari Dinas Pariwisata.  

"Kami punya izin resmi penempatan dan paguyuban kami ini yang paling terdampak revitalisasi Sriwedari dan harus keluar dari Sriwedari. Kami minta pemerintah mencari solusi terbaik," tutupnya. rmol news logo article

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

ARTIKEL LAINNYA