Jokowi menyampaikan hal tersebut saat membuka acara Musyawarah Nasional (Munas) IX Lembaga Dakwah Islam Indonesia (LDDI), yang digelar secara virtual di Istana Merdeka, Jakarta Pusat, Rabu (7/4).
"Sikap toleran adalah sebuah keharusan. Saling menghargai segala perbedaan, termasuk perbedaan keyakinan," ujar Jokowi dikutip melalui siaran kanal Youtube Sekretariat Presiden.
Sikap saling menghormati dan belajar dari orang lain yang berkeyakinan berbeda, menurut Jokowi, dapat menciptakan kesamaan sikap yang saling menghormati dalam perbedaan-perbedaan.
Menurut mantan Gubernur DKI Jakara ini, hal itu sejalan dengan prinsip-prinsip yang diwarisi para pendiri Bangsa Indonesia, yakni Bhinneka Tunggal Ika.
"Walaupun kita berbeda, berbeda suku, ras, agama, juga berbeda pandangan dalam keagamaan, tetapi kita tetap saling menghormati, tetap bersatu, tetap rukun dan bersama-sama bergotongroyong," ucapnya.
Maka dari itu, Jokowi meminta kepada organisasi keagamaan yang ada di Indonesia untuk tidak menggunakan praktik-praktik keagamaan yang tertutup atau eksklusif. Karena menurutnya, itu tidak sesuai dengan Bhinneka Tunggal Ika.
"Sikap tertutup akan memicu dan meningkatkan intoleransi, akan merusak sendi-sendi kebangsaan kita," katanya.
"Praktik-praktik keagamaan yang eksklusif, tertutup, harus kita hindari. Karena sikap ini pasti akan memicu penolakan-penolakan dan akan menimbulkan pertentangan-pertentangan," demikian Joko Widodo.
Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.
BERITA TERKAIT: