Dimensy.id Mobile
Dimensy.id
Apollo Solar Panel

Rencana Penghapusan Tiket Harian Di 10 Stasiun KRL Jabodetabek, YLKI: Ini Tidak Adil

 LAPORAN: <a href='https://rmol.id/about/raiza-andini-1'>RAIZA ANDINI</a>
LAPORAN: RAIZA ANDINI
  • Senin, 22 Maret 2021, 12:43 WIB
Rencana Penghapusan Tiket Harian Di 10 Stasiun KRL Jabodetabek, YLKI: Ini Tidak Adil
Ilustrasi/Net
rmol news logo Kebijakan terbaru PT Commuter Line Indonesia (KCI), sebagai pengelola KRL di Jabodetabek, yang meniadakan penggunaan tiket harian di 10 stasiun mendapat banyak kritikan.
Selamat Menunaikan Ibadah Puasa

Per 25 Maret 2021, 10 stasiun di Jabodetabek hanya bisa diakses dengan menggunakan tiket KMT (Kartu Multi Trip). Sepuluh stasiun itu adalah Stasiun Bojonggede, Citayam, Depok Baru, Depok, Kranji, Bekasi, Jakarta Kota, Tanang Abang, Angke, dan Parung Panjang.

Menurut Ketua Pengurus Harian YLKI, Tulus Abadi, adanya pemberlakuan ini membuat tiket harian untuk masyarakat miskin tidak akan berlaku lagi di 10 station tersebut. Hal ini dinilai menjadi sebuah ketidakadilan.

"Dalam perspektif hak-hak konsumen sebagai pengguna KRL kebijakan ini tidak adil, karena memberatkan konsumen. Sebab dengan mewajibkan KMT, maka konsumen dengan tiket harian harus mengeluarkan uang minimal Rp 30.000 untuk beli KMT. Sementara masih banyak pengguna lepas KRL, yang tidak membutuhkan KMT, karena hanya sekali-kali saja menggunakan KRL,” tegas Tulus melalui keterangannya, Senin (22/3).

Atas dasar tersebut, YLKI dan KRL Mania menyampaikan lima sikap terkait pemberlakukan tiket multitrip di 10 stasiun wilayah Jabodetabek.

“Pertama, meminta dengan sangat agar manajemen KCI tetap memberlakukan tiket yang berlaku jangka pendek/tiket harian. Oleh karena itu, harus ada effort dari operator untuk menyediakan uang kembalian sebagai antisipasi pengguna yang menarik sisa dana,” ujar Humas KRL Nenden Resti.

Kedua, tidak hanya konsumen sebagai pengguna yang harus adaptif. Tapi operator pun mesti solutif dan adaptif. Bukan hanya melihat dari sisi kemudahan operator tapi mengabaikan sisi konsumen sebagai pengguna.

Ketiga, di negara-negara yang sistemnya sudah lebih baik pun, tiket eceran tetap ada. Misalnya di Singapura, untuk tiket MRT kita bisa memilih tiket jangka pendek yang berlaku beberapa hari saja. tiket kertas, bisa diisi ulang, dan dana bisa di-refund.

“Empat, harga kartu KMT Rp 30 ribu, harga jaminan THB 10 ribu, ini mahal sekali. Dibandingkan dengan harga kartu di Singapura yang hanya beberapa sen saja. Padahal harga asli kartu KMT dan THB tidak semahal itu. Hal ini patut diduga KCI sengaja mendapatkan penghasilan dari jualan kartu, padahal core business-nya adalah menjual jasa transportasi. Tidak etis jika menangguk pendapatan dari dengan bisnis kartu,” tegasnya.

Terakhir, pada akhirnya penggunaan tiket harian tetap harus diberi  akses, khususnya bagi penumpang KRL yang bukan pengguna rutin. Dan harus dipertimbangkan soal daya beli konsumen, yang hanya mampu beli tiket harian. rmol news logo article

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

ARTIKEL LAINNYA