Dimensy.id Mobile
Dimensy.id
Apollo Solar Panel

Pakar: Menumbuhkan Sifat Empati Adalah Bagian Dari Proses Pendidikan

 LAPORAN: <a href='https://rmol.id/about/reni-erina-1'>RENI ERINA</a>
LAPORAN: RENI ERINA
  • Senin, 22 Februari 2021, 21:32 WIB
Pakar: Menumbuhkan Sifat Empati Adalah Bagian Dari Proses Pendidikan
Pakar Pendidikan, Prof Dr Sutarto Hadi/Repro
rmol news logo Jiwa patriotisme Pemuda Indonesia tidak diragukan lagi. Bangsa Indonesia telah banyak belajar dari para pendahulunya bagaimana menumbuhkan semangat patriotisme, persatuan dan sikap gotong royong.

"Bahkan sejak kecil kita diajarkan untuk memupuk sikap empati. Misalkan, orangtua mengajarkan kita untuk memberi kepada pengemis atau mengantarkan makanan kepada tetangga. Dan saat kita besar, para pemuda tetap mempraktekkan sikap empati itu untuk membantu sesama," ujar Prof Dr Ersis Warmansyah Abbas, dalam acara diskusi virtual yang diselenggarakan Kantor Berita Politik RMOL, Senin (22/2).

Ia mencontohkan, anak-anak muda bisa dengan mudah turun ke lapangan membantu korban banjir seperti yang terjadi baru-baru ini atau membantu dalam musibah bencana alam lainnya. Namun, ada hal yang mengganjal yang menjadi sorotannya. Ersis mengatakan, untuk hal-hal besar pemuda bisa menunjukkan empatinya, tetapi justru untuk hal-hal kecil malah sangat sulit. Salah satunya adalah soal contoh kebersihan toilet kampus dan kebersihan di lingkungan kampus yang dirasakan sangat kurang.

Bila melihat sekolah-sekolah di luar, Jepang misalnya, sangat terjaga kebersihannya. Pelajar dan mahasiswa di sana bisa menerapkan disiplin yang ketat sehingga suasana belajar tercipta nyaman.

Menanggapi hal itu, Prof Dr Sutarto Hadi yang menjadi narasumber acara diskusi 'Pemuda, Sumber Daya dan Masa Depan Sebuah Negara' mengatakan sifap empati dan bagaimana kita bersikap juga menjadi bagian dari proses pendidikan.

Pelaku kebijakan atau pengambil kebijakan harus membuat langkah strategis untuk bisa terus memupuk sifap empati dan hal-hal lain yang berkaitan dengan struktur kampus.

Infrastruktur kampus atau tempat belajar harus diciptakan sedemikian nyaman sehinga bisa menciptakan atmosfer yang baik untuk kegiatan-kegiatan belajar. Kantin yang bersih, toilet yang bersih, tersedianya tempat cuci tangan, dan ruang-ruang belajar yang bersih.

"Pada akhirnya memang pengambil kebijakan harus membuat program-program yang manfaatnya bisa dirasakan oleh masyarakat luas, terutama mahasiswa. Karena kalau lembaga pendidikan itu kan sebenarnya kita memberikan pelayanan kepada para mahasiswa, bukan kita yang dilayani. Tetapi para dosen dan tenaga pendidikan itu yang seharus melayani mahasiswa sebenarnya. Nah, itu kuncinya di perubahan mindset dari minta dilayani menjadi melayani. Itu yang harus kita tumbuhkan kembali."  rmol news logo article

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

ARTIKEL LAINNYA