Dimensy.id Mobile
Dimensy.id
Apollo Solar Panel

Targetkan 5 Ribu, Calon Petani Milenial Jabar Yang Terdaftar Capai 6 Ribu

 LAPORAN: <a href='https://rmol.id/about/agus-dwi-1'>AGUS DWI</a>
LAPORAN: AGUS DWI
  • Jumat, 12 Februari 2021, 11:33 WIB
Targetkan 5 Ribu, Calon Petani Milenial Jabar Yang Terdaftar Capai 6 Ribu
Ilustrasi/Net
rmol news logo Program Petani Milenial Juara yang digagas Pemerintah Provinsi Jawa Barat rupanya sangat menarik kalangan muda. Terbukti, dari target 5 ribu peserta, saat ini sudah ada 6 ribu milenial Jabar yang telah mendaftar melalui laman https://petanimilenial.jabarprov.go.id/.

Kepala Biro Perekonomian Sekretariat Daerah (Setda) Jabar Benny, Bachtiar mengatakan, pendaftaran Petani Milenial Juara masih dibuka.

"Pendaftaran program Petani Milenial masih terus berjalan hingga kini. Sedangkan, waktu penutupan akan diinfokan kembali," ucap Benny di Kota Bandung, Jumat (12/2), dikutip Kantor Berita RMOLJabar.

Menurutnya, milenial paling banyak mendaftar berasal dari kawasan Bandung Raya seperti Kota Bandung, Kabupaten Bandung, Kabupaten Bandung Barat, serta Kabupaten Sumedang dan Garut.

"Profil para pendaftar sekitar 45 persen berumur 20-24 tahun dan 28 persen berumur 25-29 tahun. Pendaftar didominasi laki-laki sekitar 87 persenm sedangkan perempuan 13 persen," ungkapnya.

Setelah mendaftar, para calon petani muda ini akan disaring secara administrasi. Salah satunya terkait pemenuhan syarat bila diperlukan kredit dari lembaga keuangan.

Kemudian, calon petani akan menjalani skrining teknis di perangkat daerah. Setelah lolos, para pemuda ini akan dilatih lebih dalam sebelum terjun ke lapangan.

Benny menuturkan, program Petani Milenial Juara ini tidak hanya mencakup bidang pertanian, tapi juga termasuk peternakan, perikanan, dan perkebunan.

"Komoditas akan sangat variatif. Untuk pertanian, mulai dari jagung, jahe, ubi-ubian, sampai tanaman holtikultura. Di sektor perkebunan adalah serahwangi. Kemudian, madu dan jamur tiram," katanya.

"Selain itu, budidaya penggemukan domba, ayam broiler, ayam petelur dan ternak puyuh. Sedangkan di sektor perikanan yakni budidaya ikan tawar lewat kolam plastik," tambahnya.

Dinas Ketahanan Pangan dan Peternakan (DKPP) Jabar sendiri akan mengarahkan petani milenial untuk mengembangkan burung puyuh.

Menurut Kepala DKPP Jabar, Jafar Ismail, burung puyuh dipilih karena hanya membutuhkan lahan 50 meter persegi dengan waktu pemeliharaan hanya 60 menit per hari.  

Satu unit peternakan dengan 1.000 ekor burung puyuh membutuhkan investasi Rp 22 juta. Dengan perhitungan kasar keberhasilan bertelur 70-80 persen, telur yang dapat diproduksi sekitar 800 butir per hari dengan nilai jual Rp 240 ribu.

Setelah dipotong biaya produksi, keuntungan bersih Rp 80 ribu per hari atau Rp 2,4 juta per bulan.

"Itu dari 1.000 ekor, kalau dua kali lipatnya tentu keuntungan bertambah," ujarnya.

Ditambahkan Jafar, dari pengalaman petani burung puyuh dapat balik modal (break event point) pada bulan kesembilan.

"Petani milenial ini peluang di masa pandemi, pertanian sangat dibutuhkan dalam situasi apapun karena urusan makan tidak bisa ditunda-tunda," tuturnya.

Sementara itu, Kepala Bidang Tanaman Pangan Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura Jabar, Ajat Sudrajat mengatakan, Gubernur Jabar menargetkan 5 ribu petani milenial dapat terjaring pada pilot project ini.    

"Salah satu persyaratan adalah dia harus punya pengalaman dengan pertanian minimal empat bulan. Karena ini kaitannya dengan kredit, risikonya akan tinggi jika modal disalurkan ke orang yang belum pernah mengenal pertanian sama sekali," jelasnya.

Menurut Ajat, pihaknya untuk tahap pertama ini akan mengarahkan petani milenial ini untuk membudidayakan jagung, Ubi Jepang. Jagung dan Ubi Jepang dipilih sebagai komoditas andalan karena memiliki nilai ekonomis tinggi. rmol news logo article

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

ARTIKEL LAINNYA