"Kejadiannya sekitar pukul 03.00 WIB dini hari. Banjir Sungai Grindulu mulai datang. Jadi ya (masjidnya) udah di lautan," ujar penjaga masjid apung, Ryan Yudianto diberitakan
Kantor Berita RMOLJatim.
Masjid apung tersebut berdiri di atas aliran Sungai Grindulu. Beberapa hari terakhir, arus di Sungai Grindulu meningkat karena intensitas hujan yang luar biasa.
"Kemudian banyak membawa sampah dari sungai mungkin membuat pertahanan rakitnya dan tali penahanannya putus," tambahnya.
Beberapa kali, kata dia, masjid agak geser. Hari ini, tepatnya pukul 05.00 WIB ada yang mengetahui masjid sudah berada di tengah laut. Kemudian ada warga yang mengaku sudah tahu sejak pukul 03.00 WIB.
"(lokasi) Sekitar satu kilometer dari bibir pantai. Jadi tahu-tahu sudah di tengah laut," jelas Ryan.
Menurutnya, isi masjid apung itu adalah alat shalat, Al Quran, pengeras suara, karpet dan tikar.
Selama kurang lebih dua jam terombang-ambing di tengah laut, akhirnya masjid apung berhasil dievakuasi.
"
Alhamdulillah sudah bisa dievakuasi. Ini mau dibawa ke muara," ujar Kasi Pencegahan dan Kesiapsiagaan BPBD Pacitan, Dianitta Agustinawati.
Meski sempat terseret air, namun bangunan masjid tidak mengalami kerusakan yang berarti. Hanya ada kerusakan kecil yang terjadi.
Seperti kondisi tirai sobek maupun penahan bagian bawah yang menempel di rakit sudah patah. Secara keseluruhan, masjid berbahan kayu dan bambu itu tampak masih utuh.
Masjid apung berhasil dievakuasi usai semua pihak yang bergotong royong.
"Awalnya ada empat petugas Tim Reaksi Cepat dari BPBD merapat ke lokasi masjid berada. Mereka lantas mengikatkan tambang untuk selanjutnya ditarik perlahan," tuturnya.
Usaha itu sempat gagal. Namun akhirnya, upaya menarik tambang melibatkan beberapa unit mobil jip milik anggota Komunitas Off Roader Pacitan. Dalam tempo sekitar dua jam, bangunan dengan luas lantai 8x8 meter tersebut berhasil dievakuasi.
Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.
BERITA TERKAIT: