Dimensy.id Mobile
Dimensy.id
Apollo Solar Panel

Tim Intai Amfibi TNI AL Gunakan Metode Manual Cari Kotak Hitam Sriwijaya Air

 LAPORAN: <a href='https://rmol.id/about/raiza-andini-1'>RAIZA ANDINI</a>
LAPORAN: RAIZA ANDINI
  • Selasa, 12 Januari 2021, 13:53 WIB
Tim Intai Amfibi TNI AL Gunakan Metode Manual Cari Kotak Hitam Sriwijaya Air
Tim penyelam dari Intai Amfibi I Marinir TNI AL di perairan Tanjung Kait, Tangerang/RMOL
rmol news logo Tim penyelam dari Intai Amfibi I Marinir TNI AL menggunakan metode manual dengan menyelam ke dasar laut mencari kotak hitam berisi Cockpit Voice Recorder (VCR) dan Flight Data Recorder (FDR) milik pesawat Sriwijaya Air yang jatuh di perairan Pulau Laki, Kepulauan Seribu, Selasa (12/1).

Pantauan Kantor Berita Politik RMOL di perairan Tanjung Kait, Tangerang, sebanyak tiga orang penyelam dari Taifib I Marinir TNI AL melakukan penyusuran di koordinat yang diduga tempat jatuhnya black box Sriwijaya Air.

Mereka melakukan penyelaman sedalam 15 hingga 20 meter ke dasar laut dengan menggunakan alat ping detector dari Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) secara manual dengan waktu kurang lebih 30 hingga 45 menit.

Serma Mar Hendra Syahputra yang merupakan penyelam dari Taifib I Marinir TNI AL menyampaikan, kondisi cuaca dan medan memungkinkan melakukan pencarian dengan metode manual lantaran sinyal ping black box di perairan yang cukup dangkal.

“Sangat memungkinkan saya kira, karena dengan alat yang dibekali dari KNKT memandu kita mendekat titik impact ke tempat tersebut. Sehingga kita bisa menemukan dari puing-puing melalui alat tersebut,” ucap Serda Hendra ketika ditemui Kantor Berita Politik RMOL di Searider Taifib I Marinir di atas perairan Tanjung Kiat.

Serma Hendra berharap, dalam waktu dekat bisa menemukan kotak hitam berisikan VCR dan FDR Pesawat Sriwijaya Air. “Iya, mudah-mudahan bisa ditemukan dalam waktu dekat,” imbuhnya.

Dia mengatakan, kendala yang dihadapi regu penyelam dari Taifib I Marinir TNI AL adalah lumpur tebal sehingga memudarkan pandangan para penyelam.

“Lumpur itu sekitar satu meter. Masih bisa dijangkau manual. Pada saat kita mau jangkau lumpurnya mengeruhkan pandangan,” tandasnya. rmol news logo article

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

ARTIKEL LAINNYA