"Meski pandemi, investasi kami masih tertinggi di Indonesia. Selama semester pertama 2020, realisasi investasi mencapai Rp 57,9 triliun," ucap Emil, sapaan akrabnya, dikutip dari
Kantor Berita RMOLJabar, Sabtu (24/10).
Dalam pandangan Emil, ada dua faktor yang membuat Provinsi Jabar menjadi destinasi menarik bagi para investor, yakni kapasitas sumber daya manusia (SDM) yang mumpuni dan infrastruktur yang akseptabel menjadi modal Jabar untuk menarik minat investor.
Selain itu, Emil melaporkan bahwa ekspor Provinsi Jabar terus membaik di masa pandemi Covid-19. Saat ini, ekspor Jabar menjadi yang tertinggi di Indonesia.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) periode Januari hingga Agustus 2020, Jabar menyumbang 16,28 persen terhadap ekspor nasional, disusul Jawa Timur sebesar 12,95 persen dan Kalimantan Timur sebesar 8,44 persen.
"Saat ini, kami akan mengubah bagaimana mengarahkan ekonomi Jabar pascapandemi. Ada tujuh ekonomi baru di Jabar yang harus kami usahakan," ungkapnya.
Pertama adalah Jabar berupaya menarik investor yang memutuskan pindah dari Tiongkok. Kedua, fokus pada ketahanan pangan. Tujuannya agar dapat memenuhi kebutuhan pangan sendiri.
Ketiga, kata Kang Emil, Jabar mencanangkan sebagai pusat keunggulan bidang medis.
"Keempat dan kelima, seperti yang anda tahu, mempelajari dan menggunakan 4.0 bukan lagi sebuah pilihan, tapi keharusan. Maka, kami merevolusi kurikulum di seluruh institusi pendidikan dengan menggunakan
Digital 4.0 Content," katanya.
Kemudian, Jabar berupaya menjadi yang terdepan dalam
sustainability business.
Waste to energy juga bagian dari bisnis berkelanjutan tersebut. Terakhir adalah pariwisata lokal.
"Itulah optimisme di Jabar, rumah bagi lebih dari 60 persen industri di Indonesia, destinasi investasi nomor satu di Indonesia, dan rumah bagi SDM paling produktif di Indonesia," tandasnya.
Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.
BERITA TERKAIT: