"Kita patut apresiasi dengan langkah metoda baru Densus 88 tangani Teror,"
ujar pengamat militer dan intelijen Susaningtyas Kertopati kepada
Kantor Berita RMOLJakarta, Kamis (15/10).
Nuning, sapaan akrab Susaningtyas, mengharapkan Densus 88 segera meningkatkan kemampuan dan persenjataannya untuk menghadapi ancaman CBRN (
Chemical, Biology, Radiation and Nuclear).
Sebab menurutnya, pandemi Covid-19 yang saat ini mewabah merupakan ancaman nirmiliter. Ancaman nirmiliter ini berbeda dengan ancaman militer dan ancaman non militer.
"Ketiganya kini dikenal sebagai ancaman hybrida dan telah merubah perspektif ancaman di masa mendatang," jelasnya.
"Senjata biologi dan pertahanan negara anti senjata biologi merupakan ilmu pengetahuan yang harus dikuasai," pungkasnya.
Untuk diketahui, Densus 88 Antiteror dirancang sebagai unit antiterorisme yang memiliki kemampuan mengatasi gangguan terorisme mulai dari ancaman bom hingga penyanderaan.
Terdiri dari ahli investigasi, ahli intelijen, ahli bahan peledak (penjinak bom), dan unit penindak yang di dalamnya terdapat ahli penembak jitu.
Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.
BERITA TERKAIT: