Dimensy.id Mobile
Dimensy.id
Apollo Solar Panel

Soroti Sektor Pariwisata Bali, Media Australia Sebut Pantainya Sekarang Sepi Mirip Tahun 1980-an

 LAPORAN: <a href='https://rmol.id/about/reni-erina-1'>RENI ERINA</a>
LAPORAN: RENI ERINA
  • Rabu, 07 Oktober 2020, 07:54 WIB
Soroti Sektor Pariwisata Bali, Media Australia Sebut Pantainya Sekarang Sepi Mirip Tahun 1980-an
Pantai di Bali/Net
rmol news logo Meledaknya angka kematian karena Covid-19 di Pulau Bali jadi sorotan media Australia. Menurutnya, kejadian tersebut telah memicu kekhawatiran bahwa pulau itu akan menjadi salah satu tempat terakhir yang akan menyambut pengunjung Australia.
Selamat Menunaikan Ibadah Puasa

Bisnis menderita begitu parah bahkan rantai besar ditutup secara permanen, termasuk McDonald's di pusat Kuta, tulis 9News pada Selasa (6/9).

Pantai-pantai sepi persis seperti tahun 1980-an. Padahal selama ini Bali menjadi ledakan pariwisata dan aneka pesta. Lantai dansa dan meja-meja bar kini nampak kosong tidaklagi terlihat suasana bersuka ria.

Selama liburan sekolah bulan September, seluncuran air Waterbom Bali yang biasanya dapat menampung 1200 pencari sensasi, kini ditutup sementara.

"Selama ini, turis memberi kehidupan. Dan ini sangat menyedihkan," kata CEO Sayan Gulino, seperti dikutip dari 9News, Selasa (6/10).

9News mewawancarai seorang pengemudi sekaligus ayah tiga anak, Wayan Arcayasa, yang mengaku harus menjual mobil hanya untuk bertahan hidup.

“Sangat-sangat sedih jujur ​​karena kita tidak pernah tahu kenapa virus itu melanda dunia dan menimpa kita khususnya di bidang pariwisata,” ujar Wayan.

Para pemilik bisnis asing juga harus berjuang untuk bertahan.

"Jika ini berlanjut lebih lama, saya tidak punya pilihan selain menutup," kata pemilik Cafe Smorgas Johan Lassesson.

Ketakutan yang lebih buruk lagi adalah akan semakin memburuknya kondisi sebelum sempat menjadi lebih baik. Masalahnya, orang Indonesia saat ini masih diijinkan bepergian antar pulau, menyebabkan ledakan Covid-19 di Bali.

Tingkat infeksi berlipat ganda dengan 3671 kasus pada bulan September, dan kematian meningkat enam kali lipat dengan 207 pada bulan yang sama.

Dan angka resmi tersebut dianggap hanya sebagian kecil dari gambaran sebenarnya dengan tingkat pengujian termasuk yang terendah di dunia.

“Kami tidak tahu di mana sebenarnya virus itu, bagaimana cara mengendalikannya,” ahli epidemiologi lokal Profesor Gusti Ngurah Mahardika mengakui.

Dan jika itu tidak dapat dikendalikan, ada kekhawatiran bahwa warga Australia tidak akan diizinkan untuk mengunjungi 'rumah kedua' mereka yang terkenal untuk waktu yang lama.

“Bali harus kembali di lockdown,” kata Profesor Gusti Ngurah Mahardika. rmol news logo article

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

ARTIKEL LAINNYA