Diharapkan, rekomendasi itu dapat membantu pemerintah dalam mengawal perubahan sosial ke arah yang lebih baik, terkait dengan pengambilan kebijakan jangka pendek, menengah, dan panjang yang lebih realistis.
Demikian dijelaskan Ketua Panitia Mercu Buana International Conferences On Social Sciences (MICOSS), Dr Suraya MSi, dan Ketua Broadband Communications, Wireless Sensors And Powering (BCWSP), Prof Dr Andi Adriansyah MEng di Jakarta, Senin (21/9/).
Konferensi internasional yang digelar secara virtual itu akan berlangsung pada 28-29 September 2020 dengan fokus ilmu sosial dan ilmu rekayasa.
Rencananya, akan hadir dalam konferensi internasional ini, Menteri Kordinator Bidang Perekonomian Indonesia, Airlangga Hartarto dan Gubernur DIY Sri Sultan Hamengkubowono X.
Keduanya diharapkan dapat membahas soal perekonomian Indonesia dan kekuatan kearifan lokal Indonesia dalam menyikapi pandemi Covid-19 bagi masyarakat.
Menurut Suraya, ada 3 pembicara inti dalam MICOSS nanti. Di antaranya Assoc Prof Normah Mustaffa yang menjabat Pemred Jurnal Komunikasi Malaysian: Journal of Communication, Universitas Kebangsaan Malaysia.
Kemudian ada Prof Felina Young dengan jabatan Chancellor & Senior Vice President for Academic Affairs of Philippine Womens’ University yang membahas komunikasi, kewirausahaan, digitasi konten, Good Governance dalam kaitannya dengan Society 5.0.
Sementara itu, dalam BCWSP akan menghadirkan Prof Takeshi Fukusako PhD dari Kumamoto University Jepang yang membahas “Antenna Technologies For The Futureâ€. Kemudian Dr Ing Benjamin Axel Witvliet, Twente Belanda, Radio Communications Agency of The Netherlands yang akan membahas “Spectrum Management, Ionospheric Radio and Noiseâ€. Dan dosen bidang ilmu elektro Universitas Ahmad Dahlan Yogyakarta, Anton Yudhana PhD, yang akan membahas “Impelementation of Internet of Thing on Agri Precision for Indonesian Farmingâ€.
“Hasil atau rekomendasi konferensi internasioanl kepada Presiden terkait dengan Entrepreneurship, Sustainability, Business and Comunication untuk menghadapi masa pandemi ini. Selain kepada presiden, konferensi internasional juga akan mengirimkan hasil rekomendasinya kepada Menteri Pendidikan dan Kebudayaan terkait dengan Program Pendidikan Tinggi yang adaptif dengan teknologi Digital berdasarkan konsep Kampus Merdeka,†jelas Suraya.
Seperti diketahui, Kampus Merdeka merupakan bagian dari rangkaian kebijakan Kemendikbud dengan tema payung besar Merdeka Belajar. Kebijakan Merdeka Belajar.
Kampus Merdeka sendiri bertujuan membangun perguruan tinggi yang lebih otonom dengan menciptakan kultur belajar yang inovatif, tidak mengekang, dan sesuai dengan kebutuhan masing-masing perguruan tinggi.
Sementara terkait dengan peserta, konferensi internasional ini tercatat akan diikuti 320 peserta yang berasal 12 negara. Di antaranya Indonesia, Uni Emirat Arab, Malaysia, Taiwan, Jepang, China, Irak, Kuwait, Polandia, Jerman, dan Inggris (Britania Raya). Kemudian pemakalah yang terdaftar terdiri dari 109 orang (MICOSS) dan 39 orang (BCWSP).
“Perguruan Tinggi yang hadir sebagai peserta adalah dari Indonesia Universitas Indonesia, Universitas Mercu Buana, Universitas Al-Azhar Indonesia, Universitas Katolik Widya Mandala Surabaya, Universitas Riau, Beijing Institute of Technology, Universiti Malaysia Perlis (Malaysia), Beijing Jiaotong University (China), Yuan Ze University (Taiwan), Queen Mary University of London, Imperial College London (Great Britain), dan Silesian University of Technology (Polandia),†jelas Adriansyah.
Baik Suraya dan Adriansyah sepakat, kata kunci pada masa pandemi adalah adaptabilitas atau menyesuaikan diri dengan kondisi sekarang.
Dari dunia pendidikan, konferensi internasional UMB ini dapat memberi pencerahan bagi para mahasiswa seluruh Indonesia untuk mau adaptif dengan keadaan pandemi. Sekaligus membangun mental kreatif dan inovatif di tengah kesulitan yang terjadi di tengah-tengah masyarakat.
Dunia akademi harus dapat menyumbangkan pemikiran melalui berbagai penelitian dan hasilnya dibutuhkan masyarakat dalam menghadapi berbagai kesulitan dalam hidup normal baru.
Ditegaskan oleh keduanya, mahasiswa juga harus memiliki sikap adaptif dan kreatif dengan perubahan. Mereka harus mampu memanfaatkan Teknologi terutama teknologi digital. Pun mencari penyelesaian berbagai masalah masyarakat dengan berbasis data melalui melalui ide-ide inovatif.
Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.
BERITA TERKAIT: