Dimensy.id Mobile
Dimensy.id
Apollo Solar Panel

Kondisi Meriam Bottot Di Tapanuli Tengah Semakin Memprihatinkan

 LAPORAN: <a href='https://rmol.id/about/ahmad-kiflan-wakik-1'>AHMAD KIFLAN WAKIK</a>
LAPORAN: AHMAD KIFLAN WAKIK
  • Jumat, 11 September 2020, 03:56 WIB
Kondisi Meriam Bottot Di Tapanuli Tengah Semakin Memprihatinkan
Situs Meriam Bottot/Ist
rmol news logo Komunitas Menjaga Pantai Barat (Komantab) kembali mengunjungi Meriam Bottot di Desa Sitardas, Kecamatan Badiri, Kabupaten Tapanuli Tengah, Sumatera Utara.
Selamat Menunaikan Ibadah Puasa

Kunjungan yang disebut Monitoring Meriam Bottot 3.0 berlangsung selama 2 hari, sejak Sabtu dan Minggu, akhir pekan lalu.

Tenda pun didirikan di perbukitan bersebelahan dengan bukit di mana meriam berada. Di bukit ini, terdapat arena Kamping yang cukup aduhai.

Selain hamparan tanah datar sekitar seluas 50 meter persegi, dari bukit ini, view teluk Tapian Nauli tersaji dengan indah. Duduk manis ditemani segelas kopi dan hembusan angin sejuk, tak akan terlewatkan.

Monitoring pun diawali dengan melakukan pencatatan pohon yang tumbuh pasca ditanam pada Monitoring 2.0 pada Juli lalu.

“Penanaman pertama memang dilakukan untuk menguji tanaman apa saja yang bisa tumbuh di perbukitan, pasalnya kondisi tanah yang tandus dan ekstrim, dan ternyata sejumlah pohon akhirnya berhasil tumbuh,” kata Kordinator Monitoring, Dian Iradhani Pribadi dilansir dari Kantor Berita RMOLSumut, Kamis (10/9).

Disebutkan dia, sejumlah pohon yang berhasil tumbuh yakni Mangga, Rambutan, Matoa, Cemara Laut, Petai dan Bambu.

“Jumlahnya sekitar 15 pohon dari 60an bibit yang ditanam,” kata Dian.

Monitoring lain, lanjut Dian, yakni pengamatan kondisi terkini Meriam Bottot.

Dia menerangkan, saat dilakukan pengamatan, kembali ditemukan sisa piringan grenda yang menguatkan dugaan upaya pencurian material Meriam masih saja dilakukan orang tidak bertanggungjawab.

“Tentu ini sangat disayangkan,” tutur perempuan berkacamata itu.

Sementara itu Dian mengungkapkan, tim monitoring juga melakukan penyusuran terhadap bunker di perbukitan tersebut. Di mana ditemukan sebanyak 3 bunker di 2 bukit bersebelahan.

Sayangnya, tim tidak menemukan jejak tahun pembuatan bunker tersebut. Kondisi bunker, saat ini semakin mengkhawatirkan karena mulai tertimbun tanah dan tertutup rumput.

“Tim mencoba membersihkan, meski hanya bagian-bagian penting saja, dan tidak melakukan penggalian tanah, karena tidak didukung alat memadai,” ucap Dian.

Sementara itu, sambung Dian, monitoring lain dilakukan menyangkut potensi sumberdaya alam di perbukitan Meriam Bottot dan di kawasan pantai.

Hasilnya, kata Dian, Dia pihaknya menemukan ragam jenis kantong semar (Nepenthes), di mana terdapat sedikitnya 6 jenis kantong semar yang tumbuh subur di perbukitan Meriam Bottot.

Terdapat pula sumber mata air bersih, goa tanah, serta di perairan ditemukan belut moray. Tak lupa, terdapat habitat elang laut di hutan rimbun tak jauh dari meriam berada.

Dian menegaskan, semua potensi yang ditemukan sementara telah dicatat sebagai hasil monitoring komunitas. Menurut dia, data-data tersebut tentu memperkaya data penting di kawasan Meriam Bottot.

“Dan ini pula yang menguatkan kami dari Komantab untuk terus mendorong agar kawasan perbukitan Meriam Bottot ini dapat di konservasi dengan melibatkan multipihak,” kata Dian.

Ditambahkan, hasil monitoring tersebut akan disusun pihaknya dalam sebuah laporan dan akan menjadi referensi monitoring selanjutnya.

“Komantab tentu akan kembali melakukan monitoring secara terjadwal, orientasinya tentu agar potensi kekayaan di kawasan Meriam Bottot dapat terjaga dan terlindungi,” pungkasnya. rmol news logo article

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

ARTIKEL LAINNYA