Dimensy.id Mobile
Dimensy.id
Apollo Solar Panel

Gapai Layanan Kesehatan Lewat Gawai

 LAPORAN: <a href='https://rmol.id/about/sarah-meiliana-gunawan-1'>SARAH MEILIANA GUNAWAN</a>
LAPORAN: SARAH MEILIANA GUNAWAN
  • Minggu, 23 Agustus 2020, 07:37 WIB
Gapai Layanan Kesehatan Lewat Gawai
Yanti Parinduri, saat sosialisasi JKN-KIS sebelum pandemi Covid-19/Ist
rmol news logo Ransel berlogo BPJS Kesehatan dengan isi flyer dan gawai selalu siap dipakai Yanti Parinduri (43 tahun). Motor manual dengan plat BK juga dipanaskan setiap pagi. Namun, itu cerita enam bulan lalu, ketika wabah Covid-19 belum masuk ke Indonesia.

"Itu persiapan saya sebelum mengedukasi masyarakat," ujar perempuan yang kerap disapa Yanti kepada Kantor Berita Politik RMOL belum lama ini.

Sejak pandemi merebak pada Maret lalu, Yanti kini tak melakukan aktivitas lapangan seperti biasa. Sebaliknya, tugas edukasi dan sosialisasi pada warga Kecamatan Medan Amplas, Medan, menyoal iuran BPJS Kesehatan dilakukannya secara daring.

Beruntung, kontak masyarakat wilayah tugasnya masih ia simpan. Sehingga tugas edukasi masih bisa dilakukan, meski tak bertatap muka.

Yanti bercerita, saat pandemi ini, banyak kesulitan ekonomi warga yang berdampak pada iuran BPJS Kesehatan. Namun, program relaksasi tunggakan peserta JKN-KIS oleh pemerintah sesuai dengan Perpres No. 64/2020 tentang perubahan Jaminan Kesehatan karena pandemi, ia nilai sangat membantu masyarakat.

"Peserta bayar, uang masuk kas negara. Belum mampu, ya tunggu aja sambil edukasi dan sosialisasi. Toh, kalau nunggak juga ada relaksasi," tambah dia.

Sebagai kader, Yanti hanya bisa mempertahankan prinsipnya untuk membantu orang lain terkait kesehatan bersama. Meski ada kesulitan, kata dia, kewajiban sosialisasi pada kelompok masyarakat menjadi kunci memaksimalkan inovasi JKN-KIS.

Yanti mengenang, pada 2018, tepatnya satu tahun ia menjadi kader BPJS Kesehatan, berbagai kendala untuk menyosialisasikan JKN-KIS juga ia alami. Terlebih, ketika daerah yang dikunjungi berada di antara parit dan jalanan sempit. Selain dari salah alamat yang lazim terjadi.

"Pernah saya dikejar anjing saat masuk gang. Saya lari, tancap gas motor dan hampir mau masuk parit," kenangnya tertawa.

Serupa dengan bertatap muka, sosialisasi daring terkait inovasi dan kelebihan Mobile JKN-KIS juga selalu ia tekankan. Pasalnya, aplikasi itu mempermudah fasilitas kesehatan.

"Warga sangat terbantu Mobile JKN-KIS, semua yang dibutuhkan dari mulai pendaftaran, percepatan pelayanan, perubahan klinik, antrean berobat hingga pemilihan tempat tidur pasien ada di sana," tuturnya.

Menurutnya, Mobile JKN-KIS juga memudahkan pekerjaan kader. Sebab, pertanyaan template yang diajukan warga bisa lebih mudah dijelaskan Yanti hanya dengan mengunduh aplikasi tersebut.

Dia mengenang, dalam sepekan setidaknya ada sosialisasi yang dilakukan pada warga, berkelompok sekitar 50-60 orang. Di saat yang sama, Yanti juga menargetkan sekitar 40 atau 50 persennya mengunduh aplikasi Mobile JKN-KIS.

Namun, meski di masa pandemi saat ini dia menyebut ada penurunan pendaftar, warga yang semakin ‘melek’ inovasi tersebut semakin banyak. Bahkan, tak jarang yang menggunakan aplikasi itu untuk kemudahan berobat.

"Intinya saya selalu terangkan manfaat membayar BPJS. Semisal membayar tapi tidak menggunakannya, seharusnya bersyukur karena diberi kesehatan. Sekaligus, bisa membantu pengobatan warga lainnya yang lebih membutuhkan," ungkap kader terbaik JKN-KIS di triwulan 2020 itu.



Usaha Yanti dan teman-teman kader JKN-KIS lainnya tidak sia-sia. Manfaat Mobile JKN-KIS sudah terasa.

Salah satunya oleh Agus Dwi (47), wartawan senior yang kini berdomisili di Depok. Sudah sekitar tiga tahun lamanya ia menggunakan aplikasi andalan BPJS tersebut. Pada awalnya, Agus sama sekali tidak mengetahui keberadaan Mobile JKN-KIS, mengingat aplikasi tersebut baru dirilis pada 2016.

"Awalnya pas mau ganti status, dari karyawan jadi mandiri, karena keluar dari tempat kerja yang lama" kisahnya.

Dia membandingkan, aplikasi Mobile JKN-KIS saat ini jauh lebih baik. Dulu, ia hanya menggunakan aplikasi tersebut untuk melihat status pembayaran semata. Namun kini, ada banyak fitur baru yang sangat bermanfaat seperti yang disampaikan Yanti. Bahkan di tengah pandemi, muncul fitur untuk Skrining Covid-19.

Agus mengenang, di medio 2018 lalu, anak bungsunya, Rakha (7), jatuh sakit. Sepekan demam tak kunjung reda, dibawanya Rakha beberapa kali ke dokter.

Hingga suatu dini hari, rengekan Rakha tak kunjung berhenti. Agus khawatir anaknya terserang demam berdarah lantaran trombositnya yang turun parah. Tanpa pikir panjang, Agus keluarkan gawainya.

Ia klik fitur "Ketersediaan Tempat Tidur" dalam aplikasi Mobile JKN-KIS. Tak lama Agus menemukannya, Klinik Mutiara Sehat di Cinere.

Langsung Agus bawa Rakha ke sana. Tapi sayang, entah bagaimana, tidak ada tempat tidur kosong. Kembali ia keluarkan gawainya, tancap gas dan pergi ke RS Mitra Sehat di Depok.

"Malam (dini hari) masuk UGD, pagi-pagi sudah masuk ruang perawatan. Cepet. Kadang banyak yang bilang kalau pakai BPJS suka dilama-lamain. Alhamdulillah saya ga merasakan," ungkap Agus lega.

Rakha tidak dirawat lama, kata Agus, hanya tiga hari. Ia juga tidak terserang demam berdarah, melainkan gejala tifus.

Lanjut dia, proses administrasi tidak rumit. Agus mengaku hanya perlu menunjukkan gawainya, di sana, sudah ada kartu JKN-KIS elektronik semua anggota keluarganya.

"Begitu nunjukkin kartu, dicek, masih aktif, yaudah tuh ga ada masalah. Obat-obatan ada. Begitu selesai, tanda tangan saja, ga ada yang dibayar," imbuh dia.

Dengan pengalamannya, Agus mengatakan aplikasi Mobile JKN-KIS cukup membantu. Terlebih dengan fitur "Ketersediaan Tempat Tidur" yang langsung terkoneksi dengan GPS. Ia mengaku, fitur tersebut sangat bermanfaat meski harus lebih diakurasi.

"Kalau dulu kita harus datang ke rumah sakit sendiri. Kalau ga ada (tempat tidur) yang kosong, nyari lagi, nyari lagi. Kalau dengan ini, kita tahu mana rumah sakit yang paling dekat. Walaupun tidak tahu seberapa akurat," terangnya. rmol news logo article

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.