Dimensy.id Mobile
Dimensy.id
Apollo Solar Panel

Klaim Grab Berbanding Terbalik Dengan Mitra Pengemudi Yang Kesepian Order

 LAPORAN: <a href='https://rmol.id/about/ahmad-alfian-1'>AHMAD ALFIAN</a>
LAPORAN: AHMAD ALFIAN
  • Rabu, 01 Juli 2020, 13:09 WIB
Klaim Grab Berbanding Terbalik Dengan Mitra Pengemudi Yang Kesepian Order
Grabcar/Net
RMOL. Pandemik virus corona baru atau Covid-19 yang belum pulih sepenuhnya membuat nasib pengemudi transportasi online khususnya Grabcar kian terpuruk.

Akibat kesulitan untuk mendapatkan order dari pelanggan, tidak sedikit mitra Grabcar yang alih profesi.

Akun @dedemboo milik Nabila Bunyamin yang merespons thread @GrabID soal peluncuran bantuan Grab terhadap UMKM, mengatakan pendapatan orang tuanya sebagai sopir GrabCar turun hingga 70 persen selama pandemik.

"Sepi banget, (pendapatan) turun 70 persen lebih. Cicilan mobil belum ada info keringanan. Kalau misalnya order delivery makanan dikasih ke GrabCar, rasanya bakal membantu," kata dia seperti dilansir hari ini.

Cuitan akun @dedemboo itu kemudian ditimpali oleh akun lain, @Bendda_, yang mengungkapkan jika orang tuanya yang berprofesi sebagai supir GrabCar terpaksa harus jualan masker demi mencari nafkah tambahan.

"Papaku driver GrabCar dan selama pandemik sepi order. Jadi dia inisiatif bikin masker kain motif," ucapnya.

Akun @hesbima yang dimiliki Hesbi Maulana semakin menunjukkan kondisi yang memprihatinkan para mitra GrabCar. Hesbi menerangkan jika dirinya terpaksa beralih menjadi penjual kopi robusta karena sepi order di kota asalnya, Pekalongan.

Alih-alih menunjukkan keprihatinan dengan kondisinya mitranya, admin @GrabID membalas cuitan @hesbima tersebut dengan memberikan komentar pendek yang intinya mendoakan kesuksesan Hesbi.

Kondisi kesulitan order ini tidak hanya terjadi selama pandemik saja. Akun bernama @Abdulholik1970, yang mengaku sebagai mitra GrabCar telah mengeluhkan kesulitan order sejak November 2019.

"@GrabID saya selaku mitra GrabCar kecewa dengan kondisi order di Jabotabek yang sepi. Apa yang salah sehingga hal ini terjadi," tulisnya pada 12 November 2019.

Fenomena kesulitan order yang dikeluhkan oleh mitra GrabCar itu berbanding terbalik klaim Grab. Data yang terungkap dari penelitian oleh Centre for Strategic and International Studies (CSIS) dan Tenggara Strategics yang dirilis Grab belum lama ini menunjukkan bahwa mereka yang bergabung di ekosistem Grab, mulai dari mitra pengemudi, merchant dan agen Grab di 12 kota, telah mengalami peningkatan kualitas hidup dan inklusi keuangan.

"Pekerja informal yang tergabung dalam ekosistem Grab mampu berkontribusi sebesar Rp 77,4 triliun pada perekonomian Indonesia di tahun 2019, atau naik 58 persen dari tahun 2018 sebesar Rp 48,9 triliun," demikian klaim riset tersebut.

Yang jelas kondisi lesu darah yang dialami mitra Grabcar itu sejalan dengan ambruknya investasi SoftBank di luar negeri. Salah satunya investasinya di WeWork.

Berdasarkan presentasi SoftBank, pada Maret 2020 lalu, valuasi WeWork tinggal 2,9 miliar dolar AS atau sekitar Rp 43,5 triliun. Nilai ini turun dari Desember 2019 yang mencapai 7,3 miliar dolar AS. SotfBank dikabarkan telah menanamkan investasi di WeWork 18,5 miliar dolar AS.

Besarnya kerugian di WeWork inilah yang membuat rencana bos SoftBank Masayoshi Son untuk menambah investasinya hingga 2 miliar di Grab semakin jauh dari kenyataan.

"Sektor teknologi di Indonesia memiliki potensi yang sangat besar dan saya sangat senang dapat berinvestasi bagi masa depan Indonesia melalui Grab dengan investasi sebesar 2 miliar dolar AS," ujar Chairman dan CEO SoftBank Group, Masayoshi Son usai bertemu Presiden Jokowi pada Juli 2019. rmol news logo article

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

ARTIKEL LAINNYA