Dimensy.id Mobile
Dimensy.id
Apollo Solar Panel

Putri Wapres Pamer Program Penanganan Sampah Yang Diberi Nama "Jelita"

 LAPORAN: <a href='https://rmol.id/about/faisal-aristama-1'>FAISAL ARISTAMA</a>
LAPORAN: FAISAL ARISTAMA
  • Senin, 22 Juni 2020, 15:10 WIB
Putri Wapres Pamer Program Penanganan Sampah Yang Diberi Nama "Jelita"
Bakal Calon Walikota Tangsel, Siti Nur Azizah pamer "Jelita"/Net
rmol news logo Persoalan sampah di Kota Tangerang Selatan, Banten belum juga teratasi. Meski sejumlah program sudah dijalankan dari bank sampah hingga rumah minim sampah.

Sayang, program tersebut belum terlihat hasilnya. Bahkan, masalah sampah menjadi sorotan setelah sheet pile Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Cipeucang rontok.

Ratusan ton sampah tumpah memenuhi bibir sungai Cisadane. Sejumlah aktivis lingkungan ramai-ramai mengkritik penanganan sampah yang dikerjakan kurang serius oleh Pemkot Tangsel.

Menanggapi persoalan tersebut, bakal calon Walikota Tangsel, Siti Nur Azizah mengaku sudah lama berdiskusi dengan aktivis lingkungan. Salah satunya membahas masalah sampah dan masa depan TPA Cipeucang.

Hasil dari diskusi tersebut, Azizah berpandangan perlu ada gerakan gotong royong untuk mengatasi persoalan sampah. Tidak bisa dikerjakan oleh pemerintah saja. Masyarakat pun harus terlibat.

"Tinggal bagaimana mengkomunikasikan ke masyarakat dalam gerakan sampah ini. Kalau ada kemauan serius dari pemerintah saya yakin bisa," katanya, Senin (22/6). Minggu kemarin, dia berdiskusi bersama aktivis lingkungan di kawasan Bintaro, Pondok Aren.

Azizah pun memamerkan program penanganan sampah. Namanya Jelita atau jemput limbah rumah tangga. Ini mengelola sampah organik menjadi pupuk cair. Dia yakin Jelita ini, sesuai namanya akan digemari masyarakat. Selain mudah dikerjakan juga hasilnya bisa mengurangi tumpukan sampah yang kian menggunung di TPA Cipeucang.

"Kalau jadi gerakan masyarakat Tangsel dalam waktu tidak lama masalah sampah bisa teratasi. Terpenting pemerintah bisa massif mengerakan program ini. Warga pun mendukung," ungkapnya.

Kata dia, program jelita menjadi gerakan kota yang kemudian menggerakkan partisipasi masyarakat. Sebagai motor penggerak RT dan RW lokal di rumah tangga. Hal tersebut tentunya menjadi gerakan masyarakat Kota Tangsel. Ini menjadi solusi sistematis, terukur, partisipasi masyarakat.

"Tak hanya menggaungkan Tangsel sebagai smart city tapi juga smart society," ujarnya.

Sementara itu, kordinator Sekber Jeletreng, Aquary Sandi mengkritik pola pikir pemerintah dalam melihat isu lingkungan. Yakni hanya melihat satu aspek saja, namun mengabaikan aspek lainnya.

Misal arah pembangunan tak hanya dilihat dari infrastruktur saja tetapi juga pelestarian lingkungan. Nah, ini yang harus dilihat. Selama ini ukuran keberhasilan kota dipandang dari bagusnya jalan, banyaknya gedung bertingkat, dan sebagainya.

Pemerintah seringa abai terhadap pelestarian lingkungan, menjaga lingkungan, ataupun mengkampanyekan gerakan lingkungan. "Kalaupun ada masalah lingkungan yang dibahas hanya seremonial saja tanpa aksi nyata. Ini yang harus diubah," katanya.

Tanpa adanya gerakan konkrit pemerintah ditambah kesadaran masyarakat, jangan harap persoalan sampah bisa selesai. Yang ada, bencana di TPA Cipeucang bisa terulang lagi.

Karenanya, Aquary Sandi menyambut baik inisiasi program penanganan sampah beranama Jelita oleh putri Wapres Maruf Amin tersebut. rmol news logo article

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

ARTIKEL LAINNYA