Dimensy.id Mobile
Dimensy.id
Apollo Solar Panel

Pengamat: Pembelajaran Di Sekolah Bisa Membahayakan Anak-anak Dan Keluarganya

 LAPORAN: <a href='https://rmol.id/about/agus-dwi-1'>AGUS DWI</a>
LAPORAN: AGUS DWI
  • Jumat, 19 Juni 2020, 14:59 WIB
Pengamat: Pembelajaran Di Sekolah Bisa Membahayakan Anak-anak Dan Keluarganya
Pengamat kebijakan publik, Nasrul Zaman/Net
rmol news logo Keinginan sebagian masyarakat untuk kembali membuka kegiatan belajar mengajar di sekolah dianggap mengada-ada. Karena hal tersebut justru berbahaya bagi anak maupun keluarganya.

Demikian disampaikan pengamat kebijakan publik, Nasrul Zaman, menanggapi keinginan untuk kembali menggelar kelas tatap muka di sekolah saat masih dilanda pandemik virus corona baru (Covid-19).

“Apalagi setelah melihat perkembangan angka penularan corona dalam tiga hari terakhir ini di Aceh,” kata Nasrul, Jumat (19/6).

Menurut Nasrul, pemerintah perlu mematangkan sejumlah hal sebelum membuka kembali sekolah. Terutama di saat belum ada vaksin. Apalagi proses pembuatan vaksin harus melalui uji klinis yang membutuhkan waktu lama.

Tim gugus tugas juga harus menjelaskan sejauh mana sebaran tes polymerase chain reaction (PCR) terhadap orang-orang dalam pengawasan (ODP) dan orang tanpa gejala (OTG).

Nasrul juga mengingatkan kemunculan kasus-kasus baru harusnya jadi bahan pertimbangan untuk membuka sekolah. Pembukaan kelas tatap muka, kata Nasrul, harusnya dilakukan ketika kurva kasus Covid-19 melandai, bukan di saat jumlah kasus naik sejak beberapa bulan lalu.

“Jadi, yang ingin memberikan izin masuk sekolah itu sudah sesat pikir,” kata Nasrul, dikutip Kantor Berita RMOLAceh.

Sebelum membuka kelas tatap muka di sekolah-sekolah, lanjut Nasrul, potensi Covid-19 harus berada di batas minimal. Hal ini terlihat dari kurva kasus Covid-19 yang terus menurun.

Selain itu, pemerintah juga harus memiliki peta asli sebaran Covid-19 di semua daerah. Peta ini dibuat oleh para surveillance dan bukan dibuat hanya berdasar jumlah kasus. Peta ini, harus juga dibuat berdasarkan paparannya.

“Kami juga meminta agar semua kebijakan dibuat berdasarkan putusan para surveillance atau ahli kesehatan masyarakat,” kata Nasrul.

Sebelumnya, Satuan Tugas Covid-19 Universitas Syiah Kuala, Amanda Yufika mengatakan, hampir di semua negara yang menerapkan lockdown memilih sekolah sebagai tempat terakhir untuk membuka status tersebut. Menurut Amanda, sekolah sulit menerapkan aturan jaga jarak.

“Terutama bagi anak didik di jenjang sekolah dasar. Selain itu, terjadi kerumunan massa dalam jumlah besar sehingga sulit untuk menghindari kontak tidak langsung, dan sulitnya mengajak anak menggunakan masker selama pelajaran berlangsung,” kata Amanda.

Menurut Amanda, sekolah dapat dibuka kembali saat pemerintah dapat mengendalikan penyebaran Covid-19, saat kurva kasus menurun. Tapi di Indonesia, khususnya Aceh, kasus penyebaran corona sedang meningkat.

Untuk itu, Amanda berharap pemerintah menjadikan kesehatan sebagai pertimbangan pertama sebelum membuka sekolah tatap muka. Dia juga mengusulkan agar pembukaan sekolah dapat dilakukan secara bertahap, dimulai dari jenjang lebih tinggi hingga ke jenjang pendidikan dasar. rmol news logo article

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

ARTIKEL LAINNYA