Selain wisuda online, Unila juga mengadakan wisuda offline di Gedung Serba Guna (GSG) Unila di hari yang sama. Namun, wisuda offline hanya diikuti sebagian kecil mahasiswa berprestasi.
Salah satu mahasiswa Sosiologi FISIP, Deny Marfiani Putri merasa keberatan dengan kebijakan Unila ini. Ia menilai kebijakan tersebut tak adil lantaran semua peserta wisuda membayar dengan jumlah yang sama.
“Kalau gitu mending dibalikin aja uangnya biar yang berprestasi aja yang bayar, seenggaknya kalau online ya sudah, semua online tanpa pilih-pilih, semuanya disamaratakan,†kata Deny dilansir
Kantor Berita RMOLLampung, Kamis (18/6).
Agar tidak mengesankan pilih kasih, ia pun mengusulkan seluruhnya dilakukan wisuda offline dengan cara bergelombang beberapa fakultas dalam seminggu.
Senada dengan Deny, Silviana mahasiswa Ilmu Komunikasi FISIP mengaku tidak masalah dengan wisuda online. Namun, banyak mahasiswa lain yang sudah menyiapkan wisudanya jauh sebelum pandemi Covid-19.
“Lalu tiba-tiba kampus hanya memilih yang berprestasi saja, padahal setiap mahasiswa toh punya prestasi di bidangnya masing-masing,†jelas Silviana.
Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.
BERITA TERKAIT: