Tito menegaskan paradigma perang sudah digunakan banyak negara, contohnya Amerika Serikat.
“Dalam krisis ini kita sudah harus menggunakan paradigma perang dan itu bukan sesuatu yang alergi, paradigma ini sudah digunakan banyak, Trump sudah menggunakan fight, ada yang menggunakan battle,†ujar Tito dalam sebuah acara diskusi di
Channel YouTube Heartline Network, Senin (1/6).
Penerapan paradigma perang dalam melawan pandemik Covid-19, diharapkan agar masyarakat menjadi mampu menghadapi segala kemungkinan terburuk.
"Mudah-mudahan tidak ada kemungkinan terburuk. Tapi kalau kita berpikir 'ah itu kan masih jauh', itu kalau Eropa pikir ah masih jauh di Wuhan, tapi mereka lupa transportasi Wuhan ke Amerika itu belasan jam, Wuhan-Prancis itu belasan jam," ungkapnya.
Berpikir dengan paradigma perang itulah yang membuat pemerintah Indonesia sudah menyiapkan segala kemungkinan terburuk seperti menyiapkan rumah sakit rujukan, tempat isolasi dan fasilitas lain. Selain itu, dalam perang juga harus diketahui kekuatan dan kelemahan virus.
Kekuatan Covid-19 berada pada penularan. Sementara, kelemahannya yakni berada pada manusia yang selalu menerapkan protokol, misalnya rajin mencuci tangan dengan sabun, menggunakan masker saat beraktivitas di luar rumah.
“Dengan kita (menggunakan) paradigma perang, kita berusaha mengetahui apa kekuatan dan kelemahan lawan. kenali musuhmu, kenali dirimu,†katanya.
Tito mengatakan sudah ada 216 negara yang mengalami pandemik virus Corona dalam waktu 5-6 bulan saja. Akibatnya, tak sedikit negara yang tidak siap mengantisipasi wabah Covid-19 ini.
Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.
BERITA TERKAIT: