Dimensy.id Mobile
Dimensy.id
Apollo Solar Panel

Repotkan Orang Tua, Pembelajaran Daring Perlu Dievaluasi

 LAPORAN: <a href='https://rmol.id/about/yelas-kaparino-1'>YELAS KAPARINO</a>
LAPORAN: YELAS KAPARINO
  • Selasa, 26 Mei 2020, 15:12 WIB
Repotkan Orang Tua, Pembelajaran Daring Perlu Dievaluasi
Ilustrasi/Net
rmol news logo Paguyuban Orang Tua Murid Taman Kanak-Kanak (POM-TK) se-Bandung Raya meminta Menteri Nadiem mengevaluasi proses pembelajaran daring yang telah dilakukan sekolah-sekolah sejak merebaknya virus Covid-19 beberapa bulan yang lalu.

Alih-alih membantu ketahanan keluarga dalam menghadapi pandemi, orang tua murid TK menilai pembelajaran daring justru menggandakan kerepotan mereka di tengah berbagai kesulitan yang diakibatkan oleh pandemi corona.

"Sejak diberlakukannya pembelajaran daring, biaya pendidikan untuk anak tidak lebih efisien. Sebab, selain besaran uang sekolah (SPP) tetap, orang tua harus menanggung biaya kuota internet serta pembelian peralatan prakarya yang normalnya disediakan sekolah," kata Rahmi ST, pegiat POM-TK.

Selain itu, sebagian besar sekolah juga tidak memiliki kebijakan untuk memodifikasi kurikulum agar sesuai dengan situasi pandemi. Guru-guru, kata Rahmi, biasanya mengirimkan instruksi melalui aplikasi WhatsApp mengenai materi yang harus dipelajari murid berikut tugas-tugas harian yang harus mereka setor ke guru. Dalam masa normal, materi dan tugas tersebut biasanya diselesaikan di dalam kelas.  

"Di tengah pandemi, sekolah masih mengejar pelaksanaan kurikulum. Keterbatasan berkreativitas yang dimiliki guru akhirnya menempatkan murid sebagai obyek penyetor tugas harian. Orang tua pun terbebani dengan tugas baru sebagai pengganti guru, agar anaknya terus menyetorkan tugas," lanjutnya.

Agar situasi ini tidak berlarut-larut, kata Rahmi, Kemdikbud harus merumuskan kurikulum darurat yang lebih pas diterapkan pada saat pandemi. Guru-guru juga perlu dilatih dengan berbagai metode pembelajaran yang kreatif agar proses belajar mengajar jarak jauh tidak terlalu membebani murid dan orang tua.

"Ada beberapa contoh dari pengalaman negara lain yang bisa diterapkan. Di Jerman, misalnya, sekolah memberikan daftar bacaan kepada murid. Kemdikbud dapat bekerja sama dengan penerbit-penerbit buku untuk anak-anak. Aktivitas membaca dan menceritakan bacaan jauh lebih tepat untuk masa sekarang, ketimbang berbagai tugas prakarya," tandasnya. rmol news logo article 

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

ARTIKEL LAINNYA