Selamat Idul Fitri
Selamat Idul Fitri Mobile
Dimensy.id Mobile
Dimensy.id
Apollo Solar Panel

19 Hari Jalan Kaki Dari Jakarta Ke Bima, Mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Disambut Tangis Haru Di Kampung Halaman

 LAPORAN: <a href='https://rmol.id/about/faisal-aristama-1'>FAISAL ARISTAMA</a>
LAPORAN: FAISAL ARISTAMA
  • Minggu, 17 Mei 2020, 00:29 WIB
19 Hari Jalan Kaki Dari Jakarta Ke Bima, Mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Disambut Tangis Haru Di Kampung Halaman
Sarjan langsung membantu orang tuanya di kebun setelah menempuh perjalanan 19 hari dari Ciputat menuju Bima/Istimewa
rmol news logo Setelah melakukan perjalanan selama 19 hari, Sarjan yang nekat pulang ke kampung halamannya dengan berjalan kaki dari indekosnya di kawasan Ciputat, Tangerang Selatan sejak 26 April lalu, kini telah sampai di kampung halaman tercinta di Bima, Nusa Tenggara Barat (NTB).

Kepada Kantor Berita Politik RMOL, pemuda asal Desa Rato, Kecamatan Parado, Kabupaten Bima itu mengaku senang sekaligus haru lantaran bisa sampai rumah dengan selamat pada Kamis kemarin (14/5).

Kedatangan Sarjan yang penuh perjuangan, langsung mendapat dekapan mesra keluarga tercinta yang sempat mencemaskannya. Keluarga Sarjan mengetahui dari berita di media bahwa ia berjalan kaki dari Ciputat hingga NTB.

Mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta ini menuturkan, dia tiba di rumah neneknya menjelang maghrib, dan kebetulan ayah dan ibunya masih berada di ladang. Sang nenek dan adiknya yang tengah sibuk mempersiapkan menu buka puasa, sontak tercengang melihat kedatangannya.

Tangis haru semakin pecah ketika sang nenek, ayah, ibu, adiknya menghampiri Sarjan dan memeluk erat.

"Saya ke rumah nenek, kebetulan lagi sibuk untuk persiapan buka puasa. Pas saya datang, pada kaget, pada nangis semua. Kebetulan orang tua saya masih di ladang. Nah dikasi tahu sama adik saya, dan datang melihat saya ya nangis juga liat saya," ucap Sarjan, Sabtu (16/5).

Setelah itu, warga di sekitaran rumah hingga tetangga kampung sebelah pun beramai-ramai menemui Sarjan. Kebanyakan mereka bertanya selama perjalanan dari Tangerang Selatan hingga ke NTB berjalan kaki.  

"Sampai malam pada datang semua orang sekampung, kebetulan masih keluarga semua, ngelihat saya. Ya nanya-nanya gimana perjalanan, istirahatnya di mana. Soalnya di sini juga pada lihat berita, pada khawatir juga. Ada yang waswas juga soalnya kan lagi marak pembegalan dll," tuturnya.

Namun begitu, Sarjan sempat agak sedikit kecewa karena setelah berjalan kaki selama 17 hari hingga sampai di Lombok, dia dilarang keluarganya untuk berjalan kaki lagi menuju Bima.

Dia akhirnya mengiyakan permintaan keluarganya untuk dijemput rekannya menggunakan motor untuk dan mengantarkannya menuju Bima.

Menurut Sarjan, setelah menghabiskan 17 hari sampai di Lombok, dia masih butuh dua sampai tiga hari lagi jika berjalan kaki menuju kampung halamannya di Bima.

"Dari Ciputat tanggal 26 April sampai Lombok 17 hari. Saya istirahat di Lombok 2 hari. Baru saya lanjut ke Bima, naik motor diantar teman saya," tuturnya.

Jika dihitung waktu tempuh sejak 26 April dari Ciputat, hingga sampai di Bima pada 15 Mei, Sarjan menghabiskan waktu sekitar 19 hari untuk sampai di rumahnya.

"Karena keluarga sudah waswas, nggak disetujui juga (berjalan kaki lagi menuju Bima). Takutnya ada kejadian di jalan," tutup Sarjan.

Sarjan bersyukur bisa pulang ke kampung halaman dengan selamat. Lika-liku perjalanan yang pedih hingga kakinya lecet-lecet menjadi pengalaman hidup yang tak ternilai harganya.

Saat ini, Sarjan mengaku bahagia bisa berkumpul dengan keluarga tercinta dan bisa membantu ayah ibu untuk berladang di kebun miliknya. rmol news logo article

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

ARTIKEL LAINNYA