Menurut pakar keamanan siber, Pratama Persadha, kejadian seperti ini harus cepat direspons pihak Tokopedia dan juga para penggunanya. Karena ancaman penipuan dan pengambil alihan akun bisa terjadi kapan saja.
“Memang data untuk
password masih dienkripsi, namun tinggal menunggu waktu sampai ada pihak yang bisa membuka. Itulah kenapa pelaku mau melakukan
share gratis beberapa juta akun untuk membuat semacam sandiwara siapa yang berhasil membuka kode acak pada
password,†kata Pratama kepada
Kantor Berita Politik RMOL, Minggu (3/5).
Pratama menambahkan, meski
password masih dalam bentuk acak, namun data lain sudah terbuka. Artinya semua peretas bisa memanfaatkan data tersebut untuk melakukan penipuan dan pengambilalihan akun-akun di internet.
“Bila nantinya
password sudah berhasil dibuka oleh pelaku, pastinya salah satu yang akan dilakukan adalah takeover akun. Lalu pelaku secara random akan mencoba melakukan take over akun medsos dan marketplace lainnya, karena ada kebiasaan penggunaan password yang sama untuk semua platform,†terang Chairman Lembaga Riset SIber Indonesia Communication & Information System Security Research Center (CISSReC) ini.
Pratama menggarisbawahi yang bisa dilakukan pengguna Tokopedia adalah mengganti kata sandi dan mengaktifkan OTP (
one time password) lewat SMS. Lalu mengganti semua kata sandi dari akun medsos dan platform
marketplace selain Tokopedia.
“Akibat peretasan Tokopedia ini bisa menjalar ke akun media sosial dan
platform lainnya bila menggunakan email dan
password yang sama. Terutama bagi admin akun medsos pemerintah dan lembaga harus cepat melakukan pengamanan akun sebagai langkah antisipasi,†jelasnya.
Atas dasar itu, ia menilai pihak Tokopedia harus bertanggung jawab atas kejadian ini karena data penggunanya diambil dan diperjualbelikan.
Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.
BERITA TERKAIT: