Dimensy.id Mobile
Dimensy.id
Apollo Solar Panel

Berbeda Dengan Jakarta, Tenaga Medis Di Banten Kesulitan Mencari Tempat Tinggal Sementara

 LAPORAN: <a href='https://rmol.id/about/ahmad-kiflan-wakik-1'>AHMAD KIFLAN WAKIK</a>
LAPORAN: AHMAD KIFLAN WAKIK
  • Kamis, 26 Maret 2020, 20:37 WIB
Berbeda Dengan Jakarta, Tenaga Medis Di Banten Kesulitan Mencari Tempat Tinggal Sementara
Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan kontrol kamar hotel untuk tenaga medis/Istimewa
rmol news logo Di saat Provinsi DKI Jakarta memberikan fasilitas Hotel Cempaka gratis untuk tim medis yang menangani pasien corona atau Covid-19. Di Banten tim medis justru bergulat dengan penginapan.
Selamat Menunaikan Ibadah Puasa

Bahkan, warga menolak lingkungan tempat tinggalnya ditempati oleh tim medis Rumah Sakit Umum (RSU) Banten, dengan alasan takut tertular virus corona atau Covid-19 ini.

Diketahui, sejak Rabu (25/3) Pemprov menetapkan RSU Banten sebagai rumah sakit khusus pasien corona atau pusat rujukan dari rumah sakit yang ada.

Salah seorang tenaga medis RSU Banten yang identitasnya minta dirahasiakan kepada wartawan, mengungkapkan, dia bersama rekan-rekannya kesulitan mencari tempat kost (sewa kamar) agar bisa fokus bekerja.

"Saya dan kawan-kawan tidak dapat kosan. Alasan pemilik kostan khawatir ada penularan, setelah tahu kami bekerja menangani pasien covid-19," katanya dilansir dari Kantor Berita RMOLBanten.

Dia mengungkapkan, lantaran tak kunjung mendapat kosan akhirnya dia terpaksa pulang pergi dari tempatnya bekerja ke rumahnya. Di sana dia tinggal bersama suami dan anak-anaknya.

Dia juga sempat berpikir untuk menggunakan jasa angkutan daring tapi dia merasa tak tega. Alasannya sama, dia tak ingin menulari pengemudi angkutan daring dan penumpang lainnya.

Pola kerja yang sesuai standar keamanan pasien infeksius seperti 14 hari kerja, 14 hari karantina dan 14 hari di rumah hanya tinggal wacana.

"Jujur saya takut menulari keluarga karena harus bolak-balik dengan kendaraan sendiri dari rumah sakit ke rumah bersama keluarga. Apa boleh buat karena tidak ada tempat khusus buat kami. Nggak ada angkutan antar jemput juga buat kami," ungkapnya.

Diakuinya, kondisi semakin mengkhawatirkan setelah adanya pengunduran diri massal pegawai kebersihan. Akibatnya, beban kerja tenaga medis bertambah.

"Sebelum efektif jadi RS Covid-19, ada sekitar 40 orang mundur kerja. Mereka semuanya tenaga outsourcing. Akibatnya kami yang harus membuang sendiri sampah medis. Dengan APD (alat pelindung diri), bayangkan harus berjalan sampai ke IPAL (instalasi pegelolaan air limbah)," jelasnya.

Terkait hal itu, dia meminta agar Pemprov Banten bisa lebih memerhatikannya. Diharapkan menyediakan fasilitas yang baik sehingga tidak terjadi penularan yang semakin luas.

"Kami tidak meminta fasilitas nyaman, tapi kami minta penuhi saja standar keamanan supaya penularan tidak semakin luas," harapnya. rmol news logo article

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

ARTIKEL LAINNYA