Dimensy.id Mobile
Dimensy.id
Apollo Solar Panel

Viral Di Medsos, Ranu Manduro Mendadak Banjir Pengunjung

 LAPORAN: <a href='https://rmol.id/about/agus-dwi-1'>AGUS DWI</a>
LAPORAN: AGUS DWI
  • Senin, 02 Maret 2020, 10:09 WIB
Viral Di Medsos, Ranu Manduro Mendadak Banjir Pengunjung
Bekas galian C, Ranu Manduro, mendadak jadi terkenal/RMOLJatim
rmol news logo Bekas galian C tak selamanya jadi lahan yang tak menarik dan tak terurus. Melalui kekuatan media sosial, lahan bekas galian yang kini menampilkan hamparan rumput nan hijau justru jadi viral dan ramai dikunjungi masyarakat.

Ya, setelah viral di Istagram dan Twitter, Ranu Manduro pun mendadak jadi kawasan wisata baru yang dibanjiri wisatawan. Mereka tidak saja datang dari sekitar kawasan Ngoro, Kabupaten Mojokerto, tapi juga dari luar kota Madiun dan Tuban.

Akibatnya, jalan desa yang biasanya sepi kendaraan, pada Minggu (1/3) jadi penuh sesak. Bahkan kendaraan yang akan menuju kawasan wisata Ranu Manduro tidak bisa lewat sama sekali.

Dilaporkan Kantor Berita RMOLJatim, kawasan Ranu Manduro sebenarnya merupakan sebuah lahan bekas galian C milik PT. Wira Bumi Sejati. Lahan ini pun telah ditutup dengan sebuah papan pengumuman.

Namun setelah viral di media sosial, kini justru dibanjiri oleh para pengunjung, seperti yang terlihat Minggu (1/3).

Ranu Manduro yang berada di kawasan pegunungan Ngoro yang bersebelahan dengan kawasan Bromo Watukosok memang merupakan kawasan yang banyak terdapat tambang galian C.

Namun saat musim penghujan, kawasan itu menjadi hijau oleh rerumputan hingga menarik ribuan pengunjung untuk datang. Terutama mereka yang penasaran dengan keindahan alamnya berupa hamparan padang rumput yang luas dengan latar belakang gunung Penanggungan.

“Kami ke sini karena penasaran, viral juga di media sosial. Sekalian menghabiskan waktu libur di sini,” ujar Udin, salah satu pengunjung dari Kabupaten Tuban.

Akibat ramai didatangi masyarakat, sejak Minggu pagi jalan menuju Ranu Manduro sudah padat oleh kendaraan. Baik di area Ranu dan jalan menuju Ranu tersebut.

“Sejak pagi sudah dipadati pengunjung, kami dan warga sekitar berusaha memecah pengunjung ke beberapa jalur guna memperkecil kemacetan,” jelas Edi, warga Manduro.

Meskipun sudah dipasang papan pengumuman bahwa tidak boleh memasuki area Ranu Manduro, tetap saja para pengunjung nekat untuk melihat langsung. Saat ditanya masalah perizinan warga tidak tahu apa sudah ada kesepakatan dari pemilik lahan dengan masyarakat.

“Kami tidak tahu soal perizinan maupun kerja sama,” ujarnya.

Banyaknya warga yang datang dari berbagai daerah dimanfaatkan oleh oknum dengan menarik sejumlah uang, dengan alasan untuk pengaturan. Besarnya bervariasi antara Rp 5.000 hingga Rp 10.000 per kendaraan. rmol news logo article

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

ARTIKEL LAINNYA