Dimensy.id Mobile
Dimensy.id
Apollo Solar Panel

Tukang Sayur Diwisuda Sebagai Sarjana, Dagangannya Dibagi-bagikan Gratis

 LAPORAN: <a href='https://rmol.id/about/agus-dwi-1'>AGUS DWI</a>
LAPORAN: AGUS DWI
  • Minggu, 01 Maret 2020, 04:48 WIB
Tukang Sayur Diwisuda Sebagai Sarjana, Dagangannya Dibagi-bagikan Gratis
Amiruddin sukses jadi sarjana meski hanya berjualan sayuran/RMOLJateng
rmol news logo Perjuangan Amiruddin, seorang penjual sayur keliling, untuk meraih cita-cita terbayar sudah. Sabtu (29/2), bersama ratusan mahasiswa dari Universitas Tunas Pembangunan (UTP) Solo, dia berhasil diwisuda.

Amiruddin datang dengan mengendarai sepeda motor yang berisi bronjong (kotak) mengangkut penuh aneka sayuran dan kue-kue yang ikut menjadi saksi bisu perjuangannya.

Raut wajah bahagia dan senyumnya terlihat saat menerima selamat dari orang tuanya, juga rekan-rekan mahasiswa lainnya. Tak henti-hentinya Amiruddin mengucapkan syukur kepada Allah SWT atas kesuksesannya meraih titel sarjana.

Amiruddin yang merupakan mahasiswa prodi Pendidikan dan Kepelatihan Olahraga Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Tunas Pembangunan (UTP) Solo ini menempuh masa studi selama 5 tahun. Perjuangan untuk meraih mimpinya sangat berat dan panjang.

Sebagai anak seorang buruh serabutan, Amiruddin paham betul kondisi orang tuanya yang tidak bisa menyekolahkannya ke jenjang yang lebih tinggi. Agar bisa mengumpulkan dana untuk kuliah Amiruddin sempat merantau ke Jakarta menjadi pedagang bakso keliling.

Sejak 2011, pria asal Wukir Sawit, Jatiyoso, Karanganyar ini kemudian memutuskan untuk menjadi pedagang sayur keliling.

Setiap pagi usai shalat Subuh, Amiruddin belanja sayur di pasar Matesih. Sayur yang dibelinya ini kemudian dijual kembali keliling kampung.

"Pagi sudah kulakan sayur untuk dijual keliling kampung, siang sampai malam kuliah," jelasnya kepada Kantor Berita RMOLJateng, Sabtu sore (29/2).

Dari hasil berjualan sayur itu Amiruddin dapatkan keuntungan antara Rp 80 ribu-Rp 150 ribu. Itu kalau dagangannya semua habis berjual. Terkadang juga sayurannya banyak bersisa.

Secara konsisten dirinya terus menyisihkan sebagian keuntungan dari berjualan sayur keliling untuk biaya masuk kuliah. Setidaknya sekitar Rp 40 ribu dia simpan, sisanya untuk kebutuhan lainnya.

"Saya ingin buktikan omongan orang yang memandang rendah. Mereka mengatakan 'ngopo tukang sayur ndadak sekolah. Eman, duite nggo tuku sapi wae'," jelasnya.

Ejekan dan sindiran yang diterima pria kelahiran 8 September 1992 menjadi pelecut semangatnya untuk terus melanjutkan kuliah meski waktu dan tenaganya terkuras habis.

Kini dia sudah berhasil mencapai impiannya. Ke depannya, Amiruddin ingin mengabdikan ilmunya menjadi guru olah raga di kampung halamannya.

"Ya akhirnya ini saya berhasil membuktikan bahwa anak desa, orang nggak mampu, dan hanya tukang sayur bisa juga lulus kuliah. Jadi teman-teman lain jangan malu, harus semangat, ini saya juga bisa," pesannya.

Tak hanya itu, Amiruddin juga memiliki nazar jika dirinya berhasil lulus kuliah dengan hasil keringatnya sendiri, akan membagikan gratis semua dagangannya di hari wisuda.

"Janji saya 'suk mben aku wisuda kayaku dewe, arep bagi-bagi gratis dagangan pas wisuda'. (Besuk jika wisuda hasil keringatku sendiri akan bagi-bagi gratis dagangan)," imbuhnya.

Dan, janji itu dia laksanakan usai resmi diwisuda pada Sabtu kemarin (29/2).

Sementara itu ayah Amiruddin, Suwarno Saputro,  mengaku bangga dan terharu. Sebagai orang tua dirinya tidak bisa membiayai pendidikan anaknya karena keterbatasan biaya. Namun sang anak dengan kekuatannya sendiri mampu membiayai kuliahnya secara mandiri.

"Alhamdulillah berkat tekad kuat anak saya, dia berhasil lulus dengan biaya sendiri. Saya sebagai orang tua bangga sekali memiliki anak yang punya tekad luar biasa," pungkasnya.  rmol news logo article

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

ARTIKEL LAINNYA