Dimensy.id Mobile
Dimensy.id
Apollo Solar Panel

Terpapar Radikalisme Sejak SMA, Mantan Napiter Tulis Kisah Hidup Dalam Sebuah Buku

 LAPORAN: <a href='https://rmol.id/about/ahmad-kiflan-wakik-1'>AHMAD KIFLAN WAKIK</a>
LAPORAN: AHMAD KIFLAN WAKIK
  • Rabu, 19 Februari 2020, 04:21 WIB
Terpapar Radikalisme Sejak SMA, Mantan Napiter Tulis Kisah Hidup Dalam Sebuah Buku
rmol news logo Mantan narapidana teroris (napiter) Haris Amir Falah mengungkap kisah hidupnya yang pernah bergabung dalam kelompok radikal dan teroris, dalam sebuah buku, 'Hijrah Dari Radikal kepada Moderat'.

Meskipun sempat ada pro kontra atas proses hijrahnya tersebut, namun banyak pihak yang memberikan apresiasi atas langkah Haris.

"Saya terpapar radikal sejak SMA, mulai tahun 1983. Saya terlahir dari keluarga Nahdliyin tulen sampai tidak bisa melestarikan budaya-budaya Keislaman seperti yang dijalankan keluarga," kata Haris dalam acara bedah buku tersebut di kampus Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS) dilansir dari Kantor Berita RMOL Jateng, Selasa (18/2).

Dalam buku yang ditulisnya, Haris menuangkan pengalaman pribadi tentang awal mula berkenalan dengan paham radikalisme saat masih sekolah di SMAN 46 Jakarta, hingga terjerumus ke dalam lingkaran terorisme.

Haris berharap, buku yang telah diterbitkan sebagai buah karyanya itu dapat dibaca oleh seluruh anak Indonesia agar mampu mendeteksi seseorang atau kelompok yang memiliki pemikiran radikal. Menurutnya, pemicu teror adalah pemikiran sang teroris itu sendiri.

"Kata pengantar buku saya disampaikan oleh Imam Besar Istiqlal KH Nasaruddin Umar dan cendekiawan muslim moderat Prof Azyumardi Azra. Di situ saya tulis semuanya sebagai rekam jejak perjalanan saya. Buku itu juga menjadi sumbangsih untuk NKRI yang pernah saya nodai,” tuturnya.

Diketahui Haris, terlibat dalam jejaring terorisme hingga akhirnya ditangkap dan dipenjara pada 2010 dan bebas pada 2014 lalu. Ia ditangkap bukan sebagai orang lapangan yang memegang senjata, namun terlibat dalam peran yang lain.   

Pengamat pergerakan Islam, Amir Mahmud mengatakan, isi dalam buku memberikan inspirasi tentang dasyatnya gelombang radikalisme yang masuk dalam pemikiran hampir semua kalangan, khususnya saat ini anak-anak generasi milenial.

"Pro dan kontra terkait buku ini adalah sesuatu hal yang biasa. Mengingat kalau kita telusuri, riwayat beliau dalam melanglang didunia terorisme itu sangat panjang. Namun dengan buku ini membuktikan keseriusannya untuk kembali dari radikal ke moderat," tandasnya. rmol news logo article

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

ARTIKEL LAINNYA