Direktur Procomm Organizer Indonesia sekaligus Penasihat Asosiasi Perusahaan Penyelenggara Acara (Appara) Indonesia, Sofyan Nasution menyayangkan keputusan Edy. Menurutnya meniadakan FDT pada 2020 sama saja membunuh kearifan lokal.
“Meniadakan FDT sama dengan membunuh salah satu kearifan lokal. FDT salah satu yang dibilang gubernur kurang berguna, atau tidak berguna. Tapi yang saya tangkap adalah kurang bermanfaat untuk menarik wisatawan,†katanya kepada
Kantor Berita RMOLSumut, Kamis (16/1).
Menurut Sofyan, keputusan tersebut salah. Sofyan bahkan menyarankan Kepala Dinas Pariwisata untuk melakukan analisis sebelum melaksanakan FDT di 2019 lalu.
“Itu kan bulan Desember ya. Analisisnya apa? Dia (Kadin Pariwisata) harus mengevaluasi terlebih dahulu pelaksanaan di 2018. Yang kedua memperbaiki atau menambah kualitas atau memberikan nilai tambah yang lain di FDT 2019,†ujarnya.
Sofyan yang sudah berkiprah di dunia event organizer selama 18 tahun ini sangat keberatan dengan ditiadakannya FDT di 2020. Daripada ditiadakan, Sofyan menyarankan untuk membuat FDT menjadi lebih baik dengan mengajak seluruh stakeholder dan pelaksana event.
“Kalau saya berpikirnya sederhana, ajak seluruh stakeholder terutama pelaksana event. Atau orang-orang yang memang expert di bidang event. Ini bukan bicara pariwisata aja ya tetapi bicara soal konsep event,†ungkapnya.
Menurut Sofyan, jika FDT ditiadakan, Sumut tidak lagi mempunyai kebanggaan yang bisa jadi alat promosi.
“Saya sangat keberatan kalau FDT itu dihilangkan. Kita gak punya kebanggaan lain. Kalau diperbaiki, saya setuju. Saya pribadi kecewa dengan keputusan gubernur, terlebih lagi kecewa dengan Kepala Dinas Provinsi Sumatera Utara, karena tidak bisa memberikan masukan yang baik kepada gubernur,†pungkasnya.
Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.