Kepala Bidang Pencegahan Dan Penanggulangan Penyakit, Dinkes Kabupaten Jayapura, Punggut Sunarto, mengatakan Pemkab Jayapura terus menekan angka malaria dengan berbagai upaya yang tak hanya dilakukan oleh Dinas Kesehatan, namun juga kerja keras bersama masyarakat.
“Meski berkurang setiap tahun, namun tidak turun secara drastis. Hanya perlahan-lahan semakin menurun,†kata Punggut Sunarto, Rabu, (15/1).
Wilayah Kabupaten Jayapura sebagai daerah endemis, secara geografis banyak rawa-rawa yang sangat mendukung perkembangbiakan nyamuk malaria.
“Untuk mencegah malaria sekarang kita tidak kerja sendiri, kami bekerja sama dengan masyarakat untuk mengatasi penyebaran malaria,†jelas Sunarto.
Salah satu upaya melibatkan masyarakat dengan menjalin kerja sama dalam Siamal, yang merupakan salah satu kelompok masyarakat relawan memberantas malaria. Peran kelompok Siamal itu berkunjung dari rumah ke rumah untuk melakukan pemeriksaan penderita, seperti disebutkan Pos Papua.
Consultan Entomologi Divisi Penyakit Parasit dan Pusat Malaria untuk Kesehatan Global Unicef, William A. Hawley, PhD, MPH, dalam keterangannya mengatakan Provinsi Papua masih menjadi daerah berkategori endemis tinggi penyebaran penyakit malaria, dengan sekitar 70 persen kasus penyakit malaria berasal dari Papua.
William menyebutkan khusus untuk daerah Papua sebelumnya penyebaran penyakit malaria ada di 8 kabupaten dalam endemis tertinggi, namun setelah adannya berbagai program yang dilakukan pemerintah setempat terhadap pemberantasan penyakut malaria ini telah berkurang menjadi 5 kabupaten yaitu Kabupaten Jayapura, Keerom, Boven Digoel, Timika dan Kabupaten Sarmi.
Pemerintah daerah sedang fokus dalam penurunan dan penanganan kasus penyakit malaria di lima kabupaten tersebut, bekerjasama dengan Unicef dalam penanganan penyakit malaria melalui berbagai program.
“Jadi sekarang penyebaran penyakit malaria ini sudah menurun. Tapi prioritas nasional penurunan malarian ini sampai ke titik nol. Jadi kita mau menurukan malaria di Kabupatten Jayapura,†terang William.
William menegaskan masalah malaria di Indonesia tak akan selesai apabila penyakit tersebut tidak tuntas di Provinsi Papua. Papua pun berkomitmen pada tahun 2030 Kabupaten Jayapura sudah bebas dari penyakit malaria.
“Penyebab utama masih tinggi penyakit malaria di Papua adalah nyamuk. Perilaku nyamuk di Papua berbeda dengan prilaku di Jawa. Nyamuk di Papua lebih suka darah manusia, tidak mau darah hewan. Jadi ini penyebab utama tinggi penyakit malaria di Papua,†jelas William.
Mengingat Papua akan menjadi tuan rumah penyelenggaraan Pekan Olah Raga Nasional 2020, Dinas Kesehatan Provinsi Papua meminta pemerintah kabupaten/kota penyelenggaran PON memastikan penyakit malaria tidak akan mewabah pada saat penyelenggaraan Pekan Olahraga Nasional.
PON 2020 di Papua dilaksanakan di enam kota, yaitu Kabupaten Jayapura, Keerom, Timika, Biak Numfor, Sarmi dan Kota Jayapura.
Kepala Balai Penanggulangan dan Pengendalian AIDS, Tuberkolosis dan Malaria (ATM) Dinas Kesehatan (Dinkes) Provinsi Papua dr Beeri Wopari menyatakan enam kabupaten/kota itu sebenarnya sudah berupaya mencegah wabah malaria di daerahnya.
“Daerah-daerah tersebut sudah perhatian pada malaria dan pemerintah daerah sudah mengambil langkah penanganannya,†kata Wopari di Jayapura.
Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.
BERITA TERKAIT: