Dimensy.id Mobile
Dimensy.id
Apollo Solar Panel

CDCC-Jaringan Gusdurian Gandeng 65 Pemuka Agama Asia Tenggara Bahas Kerukunan Umat Beragama

 LAPORAN: <a href='https://rmol.id/about/faisal-aristama-1'>FAISAL ARISTAMA</a>
LAPORAN: FAISAL ARISTAMA
  • Jumat, 20 Desember 2019, 05:11 WIB
CDCC-Jaringan Gusdurian Gandeng 65 Pemuka Agama Asia Tenggara Bahas Kerukunan Umat Beragama
Debbie Affianty/RMOL
rmol news logo Non Goverment Organization (NGO) Center Dialogue and Cooperation among Civilization (CDCC) bersama Jaringan Gusdurian menggelar lokakarya regional hubungan Muslim-Buddha di kawasan Asia Selatan dan Tenggara.
Selamat Menunaikan Ibadah Puasa

Organisasi non pemerintah besutan Prof Din Syamsuddin (CDCC) dan Jaringan Gusdurian itu turut menggandeng King Abdul Aziz International for Interfaith and Intercultural Dialogue (KAICIID) yang berpusat di Wina Austria dan Organisasi Kerjasama Islam (OKI) pada pertemuan tersebut.

Acara ini dihadiri sekitar 65 pemuka agama dan pembuat kebijakan dari 5 negara kawasan Asia Selatan dan Tenggara.

Dalam kesempatan itu, Anggota Hubungan Kerja Sama Internasional PP Muhammadiyah, Debbie Affianty menyatakan, sejumlah poin kesepakatan dari hasil dialog antar pemuka agama dan menghasilkan sejumlah rekomendasi.

Antara lain mewujudkan harmoni antar umat beragama dan mengharapkan adanya keselarasan pemahaman dan saling menghormati perbedaan antar pemeluk agama.

"Intinya adalah untuk membangun dialog. Antara pemimpin agama Islam dan Buddha itu dialog mengantisipasi dan perlu diselesaikan agar tidak ada kesalahpahaman antar umat beragama," ujar Debbie saat konferensi pers di Borobudur Hotel, Jakarta Pusat, Kamis (19/12).

Debbie menambahkan, upaya pencegahan tindakan intoleransi dan ujaran kebencian antar umat beragama termasuk yang terjadi di akar rumput (grass root) antara Muslim dan Budhis.

"Misalnya, agama Budha yang melakukan (tindakan intoleran), yang Muslim harus menyerang? Nah, itu harus dihentikan sejak awal kejadian. Bagaimana pemimpin pemuka agama masing-masing bisa memediasi," tuturnya.

Selanjutnya, pendidikan yang inklusif dan mempromosikan sakralitas rumah ibadah semua agama pun turut menjadi catatan serius dalam rekomendasi tersebut.

"Yang namanya rumah ibadah seperti gereja, pura, wihara, masjid, sama-sama sakral, suci. Dan, masing-masing komunitas itu harus menghormati rumah ibadah umat lain," demikian Debbie.

Turut hadir saat jumpa pers diantaranya; Sekretaris Jenderal (Sekjen) OKI, Dr. Yousef Al-Othaimeen, Dr Bashir Ansari, Prof Walmoruwe Piyarathana, dan Prof Mohammed Abu-Nimer.

Sekadar informasi, pertemuan kali ini merupakan kali keduanya setelah sebelumnya lokakarya dilangsungkan di Bangkok, Thailand pada tahun 2017 dan diikuti oleh sekitar 70 pemuka agama dan pembuat kebijakan.rmol news logo article

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

ARTIKEL LAINNYA