Keterlibatan seniman luar negeri ini terwujud usai penelitian yang sebelumnya dilakukan Direktur Eksekutif Yayasan Biennale Yogyakarta, Alia Swastika langsung ke Taiwan. Hasilnya, dia menyarankan seniman Taiwan yang cocok untuk ikut berpartisipasi dalam acara ini dari perspektif Indonesia.
Nantinya, karya-karya seniman Taiwan yang datang ke Yogyakarta akan bertemakan "The Library of Possible Encounters". Isi tema sangat beragam.
"Beberapa seniman akan langsung pergi ke pabrik di Yogyakarta untuk melakukan pencetakan nama logo benda seni," demikian keterangan tertulis yang diterima redaksi, Jumat (18/10).
Setidaknya, ada seniman yang menggunakan benda kehidupan sehari-hari untuk dibuat menjadi seni instalasi. Ada seniman yang menggunakan film untuk menceritakan sejarah imigrasi orang Kim Men ke Indonesia.
Kemudian ada seniman yang menggunakan musik elektronik untuk mengintegrasikan feminisme, dan ada pula seniman yang telah membuat kisah pekerja migran asing ke dalam sebuah film.
Adapun Jogja Contemporary venue di Jogja National Museum terpilih menjadi lokasi acara. Seluruh karya seni Taiwan akan dipamerkan di ruang venue di semua tingkat lantai. Pameran ini sekaligus membantu tercapainya tujuan kebijakan baru ke arah selatan dalam pertukaran budaya.
Seni dari sejumlah negara lain juga akan turut dipamerkan, seperti Timor Timur dan Hong Kong yang akan dipamerkan di setiap masing-masing paviliun.
Bekerja sama dengan Yayasan Kebudayaan dan Seni Nasional Taiwan (The National Culture and Arts Foundation) dan Yayasan Biennale Yogyakarta, acara ini menambahkan peluang pertukaran budaya internasional.
Adapun acara pembukaan pameran bilik Taiwan akan diadakan pada pukul 11.00 pagi pada 20 Oktober hingga 30 November dan terbuka untuk masyarakat umum.
Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.
BERITA TERKAIT: