Dimensy.id Mobile
Dimensy.id
Apollo Solar Panel

Ketua Badan Wakaf RI Sebut Wakaf Juga Diadopsi Oleh AS Dan Eropa

 LAPORAN: <a href='https://rmol.id/about/'></a>
LAPORAN:
  • Minggu, 11 Agustus 2019, 13:28 WIB
Ketua Badan Wakaf RI Sebut Wakaf Juga Diadopsi Oleh AS Dan Eropa
Mohammad Nuh (ketiga dari kanan)/Dokumentasi BI
rmol news logo Konsep wakaf ternyata tidak hanya diadopsi oleh negara-negara mayoritas Muslim saja. Negara-negara di Eropa dan Amerika Serikat juga mengadopsi istilah dana abadi (endowment fund) yang punya konsep mirip dengan wakaf.

Hal tersebut disampaikan Ketua Badan Wakaf Indonesia (BWI) Prof. Dr. Ir. Mohammad Nuh, DEA, dalam kutbah Idul Adha, di Lapangan Komplek Perkantoran Bank Indonesia Jakarta, Minggu (11/8).

Nuh mengatakan, negara-negara barat melakukan wakaf yang menggunakan istilah dana abadi ini dengan mengabaikan nilai transendentalnya, sebagai ciri khas faham sekunder.

Lanjut dia, kekuatan dana abadi yang luar biasa ini telah menciptakan beberapa perguruan tinggi di negara barat menjadi terkenal dan berkualitas.

"Sebut saja Harvard University yang memiliki dana abadi sebanyak 38,8 juta dolar AS, Stanford University 26,5 juta dolar AS, MIT dengan angka 16,4 juta dolar AS, dan Oxford University senilai 6,1 juta poundsterling," ungkap Nuh.

Di Indonesia, wakaf telah dilakukan oleh Habib Bugak, warga Aceh pada era 1800-an. Wakafnya berupa rumah Aceh (Baitul Asyi) di dekat Masjidil Haram yang hingga kini masih tetap produktif dalam bentuk bangunan hotel, seperti Ramada Ajyad, Elaf Massyair, dan Azizah Hotel di Mekkah.

Pada tahun ini, sesuai dengan akad wakaf, hasil pengelolaan aset yang mencapai Rp 22 miliar telah diserahkan ke warga Aceh yang sedang berhaji sebagai penerima manfaat.

"Bisa dibayangkan, 200-an tahun yang lalu, manfaatnya terus bisa dirasakan hingga yaumil akhir. Betapa bahagianya di alam kubur, karena terus mendapatkan parsel pahala kebaikan," jelasnya.

Oleh karenanya, kata Nuh, budaya wakaf harus dibangkitkan kembali. Bukan saja hanya untuk pengembangan sektor pendidikan, tetapi juga untuk mengatasi berbagai persoalan seperti kemiskinan, ketidaktahuan, keterbelakangan peradaban, dan kemartabatan.

Untuk diketahui, untuk menyiapkan tenaga profesional dalam mengelola aset wakaf (nadzir), Bank Indonesia telah bekerja sama dengan Universitas Darussalam Gontor dengan mendirikan Internasional Centre do Awqaf Studies (ICAST) pada 2012 lalu.

Dengan hadirnya ICAST, penyiapan nadzir dilakukan secata sistemik dan terstuktur. Sehingga kompetensinya bisa dipertanggung jawabkan. rmol news logo article

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

ARTIKEL LAINNYA