Namun demikian, untuk Kepala Dinas Energi Sumber Daya Mineral (ESDM), Setiajid menyebut diperlukan investasi Rp 20 milliar untuk bisa menggunakan energi terbarukan dari sampah menjadi listrik setidaknya diperlukan. Anggaran tersebut digunakan untuk membuat alat pirolisi.
"Alat tersebut bisa menggerakkan
power plant ya sekitar 7,8 juta mega watt,†ujar Setiajid dilansir
Kantor Berita RMOLJatim, Selasa (16/7).
Selama ini, 8 dari 11 pabrik kertas memiliki limbah plastik. Meski hanya 0,1 persen dari total bahan baku yang digunakan, namun hasilnya cukup membantu mengurangi beban listrik dari energi nonfosil.
"Dinas ESDM meminta kepada perusahaan itu untuk mengembangkan mesin yang dinamakan pirolisis. Itu bisa mengolah plastik menjadikan minyak yang bisa menjadi energi listrik,†ungkapnya.
Selain meminta pabrik kertas di Jatim untuk membuat pembangkit listrik tenaga sampah, Pemprov Jatim juga membidik hal serupa di 8 kluster. Di antaranya Surabaya, Madiun, Malang, Jember Probolinggo, Banyuwangi, dan Kediri.
"Setidaknya ada satu perusahaan yang membuat pembangkit listrik tenaga sampah di setiap kluster,†harap Setiadjit.
Dengan begitu, ia berharap target rencana umum energi daerah 16,8 mega watt di 2025, dan 2050 sekitar 50,6 mega watt terpenuhi.
Terpisah, anggota Komisi D DPRD Jatim, Aliyadi Mustofa mengharapkan pembangunan pembangkit listrik tenaga sampah (PLTSa) bisa juga dibangun di Madura. Sebab, hampir 35 persen masyarakat Sampang belum menikmati aliran listrik.
"Saya berharap Bu Gubernur ingin mengembangkan PLTSa dikembangkan di Madura. Karena untuk pemenuhan listrik bagi masyarakat Madura belum merata,†ujar Aliyadi.
Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.
BERITA TERKAIT: