Menurut pengamat politik dari Surabaya Survey Center (SSC), Surokim Abdussalam, langkah yang dilakukan PDIP Surabaya bukan dengan cara melawan, melainkan melawan dengan menggelar mimbar atau bentuk yang lain. Tetapi yang paling penting, PDIP Surabaya harus menunjukkan elektabilitas Wisnu Sakti Buana layak atau tidak dicalonkan di Pilwali 2020.
"Dengan menujukkan elakbilitas, ini baru cara yang cantik, cerdas dan elegan. Intinya kan cuma satu. Rekom," kata Surokim kepada Kantor Berita RMOLJatim, Rabu (10/7).
Sebaliknya jika PAC terus menunjukkan upaya perlawanan yang vulgar, lanjut Surokim, justru akan menyulitkan nama Wisnu untuk mendapatkan rekom.
Ditambahkan Surokim, selama ini PDIP selalu menang dalam empat kali Pilkada di Surabaya sejak reformasi. Jika tidak solid, maka bisa memengaruhi tradisi kemenangan.
Namun, hal itu tidak bisa menjadi acuan. PDIP, imbuh Surokim, masih punya segudang pengalaman tradisi dalam mengatasi gejolak di partai.
"PDIP punya pengalaman dan tradisi panjang. Dan bu Mega sudah bersabda biasanya potensi itu hanya laten, dan tidak akan manifest. Dan ini biasanya paling gaduh insidentil saja, tapi akan sulit massif," lanjutnya.
"Karena kalau narasi yang dikembangkan melawan Megawati, maka semua akan tiarap dan tidak akan berani mendukung terang-terangan. Menurut saya lebih baik menempuh jalan persuasif saja PAC PAC itu," tutupnya.
Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.
BERITA TERKAIT: