Dimensy.id Mobile
Dimensy.id
Apollo Solar Panel

Lawan Radikalisme Dengan Dakwah Damai Dan Penguatan Ekonomi

 LAPORAN: <a href='https://rmol.id/about/ruslan-tambak-1'>RUSLAN TAMBAK</a>
LAPORAN: RUSLAN TAMBAK
  • Selasa, 09 Juli 2019, 14:13 WIB
Lawan Radikalisme Dengan Dakwah Damai Dan Penguatan Ekonomi
Workshop Visi Indonesia-Kemenag/Net
rmol news logo Merebaknya paham radikal di masyarakat khususnya kalangan terdidik memicu keprihatinan banyak kalangan. Lembaga Visi Indonesia bekerja sama dengan Kementerian Agama (Kemenag) berusaha mencari solusi terbaik untuk mengatasi persoalan tersebut.
Selamat Menunaikan Ibadah Puasa

Visi Indonesia-Kemenag menggelar workshop dengan tema "Menangkal Radikalisme Melalui Penguatan Kapasitas Dakwah Damai di Masyarakat" di Hotel Asri, Kabupaten Sumedang, Jawa Barat pada tanggal 7-8 Juli 2019 

Ketua panitia Muhammad khotim mengatakan, kegiatan ini sudah diagendakan sejak lama sebagai bentuk keprihatinan serta keinginan mencari solusi bersama terhadap maraknya penyebaran paham radikal.

"Paham radikal tidak saja mengancam persatuan dan kesatuan bangsa, tapi juga merusak sendi-sendi kehidupan bermasyarakat," tutur Khotim dalam keterangannya, Selasa (9/7).

Inspektur Wilayah III Inspektorat Jenderal Kemenag Hilmi Muhammadiyah dalam paparannya mengatakan, radikalisme di Indonesia terus menggelinding bak bola salju. Keberadaannya menggerus rasa nasionalisme, persatuan dan kesatuan, serta menimbulkan keresahaan di masyarakat.

"Paham radikalisme nyata di depan kita. Agar tidak terus meluas seluruh elemen masyarakat harus dioptimalkan membendung paham ini.  Jangan sampai kita abai dan justru kecolongan. Bahkan radikalisme ini justru banyak menjangkiti kalangan terdidik," terangnya.

Tentu hal ini cukup beralasan. Data riset MataAir Foundation yang dipaparkan Muhammad Adul Idris menunjukkan, paham radikalisme tidak saja menyentuh kalangan masyarakat umum, tapi juga kalangan terdidik. Yang menjadi catatan, selama ini sudah banyak orang yang berbicara soal radikalisme tapi jarang sekali yang berbicara tentang solusi.

Idris berharap fakta yang ditampilkan hasil riset tentang masifnya gerakan radikal harus benar-benar dicari solusinya.

"Selama ini sudah sangat cukup dan melimpah tentang riset radikalisme yang meresahkan sekaligus mengancam tatanan kehidupan bernegara di Indonesia. Saya kira harus selangkah lebih maju, yakni tidak sekadar memaparkan hasil keresahan atas radikalisme namun segera menemukan formula solusinya. Biar keresahan atas hasil riset segera mungkin terjawab solusinya," tuturnya.

Sementara itu, Abdullah Mas'ud dari NU CARE mencoba melihat dari perspektif yang berbeda. Menurutnya, radikalisme bisa ditimbulkan berbagai macam faktor. Untuk itu, dua hal yang bisa ditawarkan adalah penguatan dakwah damai di masyarakat serta penguatan ekonomi.

"Cara-cara dakwah damai di masyarakat harus diperbanyak. Jangan sampai menggunakan cara-cara dakwah yang menimbulkan ketakutan dan kekerasan. Pendekatan sopan santun dan lembut harus dikedepankan. Kemudian, penting rasanya gerakan pemberdayaan ekonomi umat. InsyaAllah kalau faktor ekonomi ini sudah teratasi tidak akan ada lagi gerakan radikal maupun paham radikal," paparnya. rmol news logo article

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

ARTIKEL LAINNYA