Dimensy.id Mobile
Dimensy.id
Apollo Solar Panel

Kopi Cimbang, Anugerah Erupsi Gunung Sinabung

 LAPORAN: <a href='https://rmol.id/about/'></a>
LAPORAN:
  • Rabu, 26 Juni 2019, 08:50 WIB
Kopi Cimbang, Anugerah Erupsi Gunung Sinabung
Imran Syukri Tarigan (bertopi) tengah mengajak pengunjung memanen kopi Cimbang/Net
rmol news logo Ancaman erupsi Gunung Sinabung tak menyurutkan semangat petani kopi di Desa Cimbang, Kabupaten Karo.
Selamat Menunaikan Ibadah Puasa

Setelah ladang dan perkebunan jeruk rusak oleh semburan debu dan serangan lalat buah, kini masyarakat di seputaran lingkaran Gunung Sinabung mulai mengembangkan pertanian untuk komoditas kopi.

"Di tahun 2019, tercatat sudah 18 ribu hektar lahan yang sudah ditanami kopi di seluruh Kabupaten Karo. Dan itu sudah termasuk milik Kelompok Petani Kopi Cimbang Sinabung seluas 15,5 hektare," ujar Imam Syukri Syah Tarigan, penggerak pertanian kopi Cimbang, akhir pekan lalu.

Hasil tanaman yang merupakan jenis kopi dari turunan varietas arabica seperti bourbon p88, natural, typica dan gesha ini pun diminati oleh pasar.

Hal itu membuat hati petani kopi di Desa Ujung Payung, Kecamatan Payung terobati manakala musim erupsi tak kunjung reda di Desa yang berjarak sekitar 8 kilometer dari Gunung Sinabung.

Kebahagiaan semakin lengkap setelah kopi Cimbang menjadi salah satu kopi terbaik versi AVPA di Paris pada bulan Oktober 2018 lalu. "Itu monumen kebangkitan kopi Karo yang tentu akan diikuti permintaan minat pasar," terang Imam Syukri.

Berkah Sinabung


Desa Cimbang adalah salah satu dari 17 desa terdampak erupsi Sinabung sejak 2010 hingga kini.

Berada di radius 8 kilometer dari Sinabung dan sekitar 16 kilometer dari ibukota kabupaten, Desa Cimbang yang terpencil dianugerahi tanah yang subur dan cocok untuk pengembangan kopi di ketinggian 1200-1500 Mdpl. Selain itu, meski terus diselimuti semburan debu vulkanik, Desa Cimbang tetap memiliki udara yang sejuk serta panorama pemandangan indah.

Pada tahun 2013, pemerintah Kabupaten Karo beserta sejumlah instansi seperti BNPB, FAO, ILO dan New Zealand aktif membina dan melatih warga petani di desa itu.

Mengembalikan tradisi yang sudah dimulai sejak tahun 1960an, warga Desa Cimbang kemudian menjadikan kopi arabica yang populer disebut sebagai "kopi dekkah" sebagai salah satu prioritas tanaman untuk mencukupi kebutuhan ekonomi warga.

"Kopi Cimbang Sinabung yang kaya dengan rasa buah jeruknya juga dengan multivarian membuat kopi Cimbang Sinabung digemari oleh banyak kalangan. Selain rasa, kopi Cimbang Sinabung juga memiliki filosofi hidup yang kuat. Di mana masyarakat yang terdampak bencana Sinabung masih semangat dengan keadaan meraka sekarang. Namun mereka tetap percaya, di balik bencana ada rencana Tuhan yang lebih baik," kata Imran Tarigan, penggerak usaha kopi Cimbang Sinabung, seperti dimuat Kantor Berita RMOL Sumut.

Selain itu, lanjut Imran, racikan kopi terasa istimewa. Di mana debu vulkanik Gunung Sinabung ikut memperkaya rasa kopi di Desa Cimbang.

"Debu vulcanik Sinabung menaburi tanah ladang kami hingga bisa menjadi subur dan bisa dapat merawat kopi Cimbang yang berkualitas. Kami percaya kopi adalah salah satu anugerah Tuhan bagi kami yang bisa dapat mengubah kehidupan kami," demikian Imran.rmol news logo article

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

ARTIKEL LAINNYA